Yuan Melemah, BPS Khawatir RI Makin‎ Rajin Impor Produk China

Pemerintah China sengaja melemahkan mata uang Yuan hampir dua persen

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 18 Agu 2015, 14:45 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2015, 14:45 WIB
20150813-Mata Uang Yuan-Jakarta
Petugas menunjukkan uang pecahan 100 Yuan di tempat penukaran uang, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Kebijakan Tiongkok yang sengaja melemahkan (devaluasi) mata uang Yuan membuat Rupiah melemah terhadap dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan pemerintah China sengaja melemahkan mata uang Yuan hampir dua persen memicu kekhawatiran sejumlah negara yang menjadi mitra dagang Negeri Tirai Bambu, termasuk Indonesia. Dengan langkah ini, produk China akan semakin murah dan menyerbu negara-negara tersebut.

Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS), Adi Lumaksono mengatakan, nilai impor nonmigas Indonesia ke Tiongkok mencapai 24,04 persen sepanjang Januari-Juli 2015. Nilainya mencapai US$ 16,50 miliar pada periode tersebut. Angka ini menurun dari realisasi periode yang sama sebelumnya sebesar US$ 17,30 miliar.

"Kita khawatir harga barang dari China lebih murah karena depresiasi Yuan hampir 2 persen. Sehingga produk China ‎bisa menyerbu kita, tapi mudah-mudahan sih tidak ya," kata dia saat Konferensi Pers Neraca Perdagangan Juli di kantornya, Jakarta, Senin (18/8/2015).

Lebih jauh dijelaskan Adi, sebuah risiko sebuah negara yang terikat pada kerjasama perdagangan internasional apabila terpengaruh faktor mata uang. Suplai produk yang banyak di suatu negara, sambungnya, akan membuat pemerintah setempat jor-joran mengekspor produk tersebut ke negara lain dengan harga yang murah.

"Kebijakan China mengevaluasi mata uangnya akan meningkatkan daya saing produk China karena harganya semakin murah. Khawatir impor kita makin besar, sementara ‎kualitas barang China banyak yang KW. Jadi ini memang risiko perdagangan global," terang dia. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya