BPS: Pelemahan Rupiah Tak Bahaya

Mie instan merupakan penyumbang inflasi karena terdampak dari kenaikan harga bahan baku yang dibeli dari impor.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Sep 2015, 18:22 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2015, 18:22 WIB
Ilustrasi penurunan rupiah (Liputan6.com)
Ilustrasi penurunan rupiah (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang terus berada di level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dianggap tidak berbahaya jika pelemahan ini bisa diantisipasi oleh produk-produk dalam negeri. Dalam hal ini, pemerintah perlu mendorong sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang lebih banyak menggunakan bahan baku lokal ketimbang impor.

Indonesia, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin, sangat terdampak pelemahan nilai tukar rupiah karena sebagian besar produksi barang menggunakan bahan baku impor.

"Nah komoditas konsumsi yang diimpor akan berpengaruh ke inflasi. Tapi kalau pelemahan bisa diantisipasi produk dalam negeri, maka tidak akan berbahaya," ujar dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (1/9/2015).

Suryamin menjelaskan, pemerintah perlu mendorong UMKM yang karena industri ini mampu mengolah atau memproduksi barang dari bahan baku dalam negeri sehingga impor dapat ditekan."Beri insentif supaya industri dalam negeri termasuk UMKM berkembang," harapnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo menyebut, mie instan merupakan penyumbang inflasi karena terdampak dari kenaikan harga bahan baku yang dibeli dari impor.

"Mie instan dan roti kan dibuat dari gandum. Gandum dari impor, jadi pengaruh ke harga. Ada juga daging sapi, peralatan elektronik. Sedangkan bahan pangan lebih ke domestik, seperti cabai, kacang-kacangan naik tajam dari 30 persen-50 persen," terang dia. 

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah masih berkutat di level 14.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (1/9/2015).  Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka di level 14.061 per dolar AS. menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan sehari sebelumnya yang berada di level 14.067 per dolar AS. pada perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.056 per dolar AS hingga 14.097 per dolar AS.

Sedangkan data RTI, pada perdagangan hari nii nilai tukar rupiah melemah 0,04 persen ke level 14.089 per dolar AS.

Ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta menjelaskan, pada secara teknikal, pada perdagangan kemarin rupiah mampu menguat karena pelemahan dolar AS di pasar Asia. Harga-harga komoditas yang naik cukup tinggi pada perdagangan kemarin mampu mengembalikan rupiah ke ke posisi bawah 14.000 per dolar AS. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya