1 Juta Orang Miskin Bertambah karena Kabut Asap

Menurutnya, pemerintah sedang memikirkan bantuan untuk para penduduk yang terimbas kebakaran hutan atau kabut asap.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 28 Sep 2015, 19:25 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2015, 19:25 WIB
Keluarga Miskin
20 orang tinggal dalam satu rumah sederhana di Banten. (Liputan6.com/Yandhie Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menyatakan peristiwa kebakaran hutan atau kabut asap dapat memicu penambahan jumlah penduduk miskin sekira satu juta rumah tangga.

Demikian disampaikan Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas, Rahma Iryanti saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (28/9/2015).

"Berpotensi (kemiskinan bertambah). Ada rumah tangga terkena dampak sekira satu juta. Itu itungan kasar, karena itu yang kena titik (kabut asap) termasuk Kalimantan Selatan," terang dia.

Menurutnya, pemerintah sedang memikirkan bantuan untuk para penduduk yang terimbas kebakaran hutan atau kabut asap. Asumsi tingkat kemiskinan, lanjut dia, berpotensi membengkak 9,5 persen-10,5 persen pada 2016 dengan revisi pertumbuhan ekonomi yang dipatok 5,3 persen. Namun pemerintah dan Komisi XI DPR telah memasang target asumsi tingkat kemiskinan pada angka 9 persen-10 persen.

"Itu exercise Bappenas ada perubahan asumsi tingkat kemiskinan 9,5 persen-10,5 persen. Tapi sudah diputuskan 9 persen-10 persen pada tahun depan, jadi ini menuntut kerja keras pemerintah," jelas Rahma.

Dikatakan dia, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk mengimplementasikan program bantuan sosial tahun depan untuk menekan tingkat kemiskinan saat ini 11 persen. Lebih jauh sambungnya, pemerintah memperbaiki data jumlah penduduk miskin sehingga bantuan sosial lebih tepat sasaran.

"Kita lakukan perbaikan dari mekanisme penyaluran bahan pangan atau rastra, titik masih lemah diperbaiki supaya penyaluran transfer tunai bersyarat, beasiswa miskin, kesehatan bisa tersalur tepat sasaran termasuk penyerapan dana desa," pungkas Rahma.

Rektor Universitas Paramadina Firmanzah, sebelumnya mengatakan, berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2015 tingkat kemiskinan 11,22 persen atau 28,9 juta jiwa, angka tersebut meningkat dari periode sebelumnya yakni 10,96 persen atau 27,3 juta jiwa.

"Ini perlu jadi perhatian khusus Pemerintah Jokowi, terlebih dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP), angka kemiskinan dipatok 10,2 persen," kata Firmanzah.

Menurut Firmanzah, selain beberapa sektor yang berdampak langsung, fenomena alam El Nino yang mengakibatkan kemarau panjang dan kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap juga dapat meningkatkan kemiskinan.

"Apabila BPS kembali melakukan survei saya hampir yakin fenomena naik karena ada El Nino darurat kekeringan terjadi di sejumlah daerah ditambah asap dan kebakaran hutan," tuturnya yang juga ekonom ini.

Ia mengungkapkan, kabut asap terjadi pada wilayah yang masyarakatnya mengandalkan sumber daya alam untuk mendapatkan penghasilan. Saat ini harga komoditas sumber daya alam di pasar dunia sedang mengalami penurunan dan aktifitas ekonomi pada wilayah tersebut terganggu oleh kabut asap.

"Jadi sudah daerah Sumatera, Kalimantan terdampak perlambatan ekonomi mereka terkena kabut asap. Kabut asap membuat orang tambah miskin terutama Sumatera dan Kalimantan," tutupnya. (Fik/Zul)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya