Liputan6.com, New York - Harga minyak naik usai terpukul ke level terendah dalam dua minggu di tengah ekspektasi laporan pemerintah Amerika Serikat (AS) akan menunjukkan perlambatan pengeboran sehingga memangkas pasokan minyak yang melimpah.
Stok AS mungkin tergelincir 250 ribu barel pada pekan lalu, menurut survei Bloomberg sebelum rilis data Administrasi Informasi Energi pada hari Rabu. Produksi minyak mentah di AS telah menurun dalam enam dari tujuh minggu terakhir, setelah rendahnya harga memaksa pengebor untuk memangkas jumlah rig.
Baca Juga
Bahkan dengan kenaikan harga saat ini, minyak mentah masih lebih dari 25 persen di bawah level tertinggi tahun ini pada bulan Juni. Data industri China terus memberi sinyal pelemahan ekonomi dan persediaan AS tetap hampir 100 juta barel atas lima tahun rata musiman pada tahun ini.
Harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik US$ 0,38, atau 0,9 persen ke US$ 44,81 per barel di New York Mercantile Exchange. Sebelumnya, harga turun US$ 1,27 ke US$ 44,43 pada hari Senin, penutupan terendah sejak 14 September 2015.
Advertisement
Begitu pula harga minyak Brent untuk pengiriman November naik US$ 0,53 atau 1,1Â persen menjadi US$ 47,87 per barel di London ICE Futures Europe Exchange.
Stok minyak di AS mungkin menyusut untuk minggu ketiga berturut-turut, survei Bloomberg menunjukkan. Produksi mulai menurun pada bulan Juli setelah mencapai tingkat tertinggi dalam hampir tiga dekade karena harga yang lebih rendah memaksa produsen untuk memperlambat pengeboran.
Vitol Group, pedagang minyak independen terbesar di dunia, memperkirakan stok minyak akan meningkat atau tetap bertahan di level saat ini hingga bulan-bulan mendatang.
(Ndw/Igw)