Manfaatkan Pelemahan Rupiah, Rizal Ramli Dorong Inovasi Batik

Di tengah nilai tukar rupiah yang sedang turun, pengusaha batik bisa melirik pasar ekspor.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 03 Okt 2015, 11:16 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2015, 11:16 WIB
20151001-Batik-Kudus
Pengunjung melihat batik Kudus rancangan desainer Denny Wirawan saat pagelaran fashion dan pembukaan pop-up store di Jakarta, Rabu (30/9/2015). Menyambut hari Batik Nasional retail Balijava meluncurkan koleksi Batik Kudus. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menghadiri Pasaraya Tribute to Batik Indonesia yang digelar di kawasan Blok M, Jakarta, Sabtu, 3/10/2015). Acara tersebut, diselenggarakan untuk memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober kemarin.

Dalam sambutannya, Rizal mengatakan untuk mendorong batik nasional menjadi produk yang digemari di dalam negeri maupun skala internasional, industri batik perlu berinovasi secara konsisten. Selama ini batik sekalu identik dengan orang tua, diharapkan dengan adanya inovasi bisa digemari oleh semua kalangan.

"Kalau saya lihat, ini bukan warna tradisional batik, lebih modern, soft, anak muda lebih suka. Ini contoh inovasi," kaya dia di Jakarta, Sabtu (3/10/2015).

Sejalan dengan itu, di tengah kondisi perekonomian yang sedang tertekan seperti saat ini, industri batik harus bisa memanfaatkan segala peluang. Misalnya, di tengah nilai tukar rupiah yang sedang turun, pengusaha batik bisa melirik pasar ekspor sehingga justru mampu mendulang untung. 

Seperti yang dilakukan oleh Jepang dan Tiongkok, Rizal mencontohkan, pernah melakukan devaluasi mata uang untuk melindungi dan mendorong industri dalam negeri.

"Setelah perang dunia II, Jepang bikin nilai tukar yen lemah, secara langsung melindung industri dalam negeri, secara tidak langsung murah," katanya.

Indonesia harusnya bisa memanfaatkan krisis ini untuk mendorong batik. "Indonesia saya percaya walaupun dianggap krisis ini awal kebangkitan," tandas dia. 

Untuk diketahui, nilai tukar rupiah memang terus melemah sepanjang tahun ini. Jika dihitung dari awal tahun, nilai tukar rupiah telah melemah lebih dari 17 persen dari kisaran 12.000 per dolar AS ke level 14.000 per dolar AS.

Pada perdagangan kemarin, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah melemah menjadi Rp 14.709 per dolar AS pada Jumat, dari perdagangan Kamis yang berada di level Rp 14.654 per dolar AS. (Amd/Gdn)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya