Jokowi Berharap Bunga Bank Bisa Turun

Presiden Jokowi mempertanyakan penilaian sejumlah pihak yang menyebut adanya indikasi krisis ekonomi di Tanah Air.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Okt 2015, 10:38 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2015, 10:38 WIB
20151021-Trade-Expo-Indonesia-2015-Jakarta-Jokowi-Thomas Lembong
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Perdagangan Thomas Lembong menghadiri skala internasional, Trade Expo Indonesia (TEI) ke-30 Tahun 2015 di Jakarta, Rabu (21/10/2015). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak semua pihak untuk tidak pesimistis dengan kondisi ekonomi nasional meskipun sedang terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Menurutnya, dari angka-angka indikator yang ada, kondisi ekonomi Indonesia di 2015 ini lebih kuat jika dibandingkan saat krisis 1998 lalu. 

"Jangan sampai membandingkan 1998 dengan 2015. Sangat beda sekali. Coba kita lihat pertumbuhan ekonomi, tahun 1998 itu jatuh pada minus 13. Saya hanya mengingatkan saja pada 2015 masih 4,7 persen,” kata Presiden Jokowi seperti dikutip dalam situs Setkab.go.id, Kamis (22/10/2015).

Jokowi melanjutkan, ekonomi Indonesia saat ini telah mencapai dasarnya sehingga ke depannya sedang berusaha untuk merangkak naik. Oleh sebab itu, pemerintah memperkirakan pada triwulan IV ini pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5 persen.

Presiden Jokowi juga mempertanyakan penilaian sejumlah pihak yang menyebut adanya indikasi krisis ekonomi di Tanah Air. 

“Krisis bagaimana? (Pertumbuhan) 4,7 persen kok krisis. Jangan ikut terbawa seperti itu. Kita ini harus menatap ke depan itu semuanya harus optimistis. Kalau kita tidak optimistis rakyat kita bagaimana? Pusingnya kayak apa pun kalau saya ingin menampilkan diri ya harus optimistis, harus yakin,” tegas Presiden Jokowi. 

Soal nilai tukar rupiah, Jokowi mengingatkan pada 1998, nilai tukar rupiah memang di kisaran Rp 16.500 per dolar AS, sedangkan saat ini masih di kisaran Rp 13.600 hingga Rp 13.700 per dolar AS.

Tetapi ia mengingatkan, pada 1998, nilai tukar rupiah berangkat dari Rp 2.000 per dolar AS, meloncat ke 16.000 per dolar AS, 8 kali lipat atau 800 persen.

Sementara saat ini dari Rp 12.500 per dolar AS menjadi Rp 13.600 hingga Rp 13.700 per dolar AS atau 8 persen perubahannya.

“Ini jangan disambung-sambungkan. Tidak sambung, menyebabkan kita pesimistis ya seperti itu. Karena angkanya sudah kayak 1998, padahal berbeda,” tegas Jokowi.

Soal kredit bermasalah atau non-performing loan, Presiden Jokowi mengingatkan, pada 1998 itu sampai 30 persen. Sekarang masih 2,6 -persen hingga 2,8 persen, jauh sekali. 

Inflasi, menurut Presiden Jokowi, Indonesia patut bersyukur. Pasalnya, pada September kemarin terjadi deflasi dan diharapkan nanti sampai akhir tahun mungkin akan lebih dari 4 persen.

"Ini saya kira sangat bagus sekali untuk kita menuju ke depan. Nanti kita harapkan bunga bank bisa menurun karena inflasi sudah turun,” kata Jokowi. (Gdn/Ahm)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya