Akhirnya, Indonesia dan Malaysia Akur dalam Bisnis Minyak Sawit

Dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak disepakati adanya penetapan standar CPO baru.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 30 Okt 2015, 13:10 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2015, 13:10 WIB
20151014- Ilustrasi Kelapa Sawit
Ilustrasi Kelapa Sawit

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Malaysia akhirnya akur dalam bisnis minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO)ā€Ž. Hal tersebut dibuktikan dengan dirumuskannya Dewan Negara Penghasil Palm Oil (Concil of Palm Oil Production Countries).

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan perumusan Concil of Palm Oil Production Countriesā€Ž merupakan tindak lanjut pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak di Istana Bogor beberapa waktu lalu.

"Jadi hari ini pertemuan teknis. Seperti diketahui, beberapa minggu lalu ada pertemuan antara Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia. Dalam hal itu disepakati tiga hal penting. Salah satunya adalah kesepakatan bahwa kedua negara akan membentuk dewan negara penghasil palm oil," kata Rizal, saat menghadiri perumusan Dewan Negara Penghasil CPO, Jakarta, Jumat (30/10/2015).

Rizal mengatakan dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak tersebut juga disepakati adanya penetapan standar CPO yang baru.

Selama ini Indonesia dan Malaysia memiliki standar masing-masing. Dengan adanya Dewan Negara Penghasil CPO, maka akan dirumuskan dan diharmonisasi standar CPO.

"Kedua negara bersepakat merumuskan standar CPO yang baru. Sebelumnya Indonesia punya standar sendiri, Malaysia sendiri. Sejak lama bersaing antara kedua negara ini. Hari ini kita bersahabat merumuskan standar yang baru dan merumuskan harmonisasi standar CPO Indonesia dan Malaysia," tuturnya.

Rizal mengatakan dalam perumusan tersebut ada beberapa hal yang akan disepakati, seperti mekanisme pemilihan, kewenangan, dan fungsi organisasi tersebut.

"Hari ini kesepakatan itu sedang dirumuskan secara teknis apa saja mekanisme pemilihannya, kewenangan apa, fungsinya apa. Segalanya sangat detail," ucap Rizal.

Sebelumnya, Rizal pernah mengatakan bahwa sebagai dua produsen utama minyak sawit dunia dengan pangsa pasar 85 persen, penting bagi Indonesia dan Malaysia menjalin kerja sama untuk memaksimalkan posisi tersebut.

ā€œDalam konteks ini, kedua negara sepakat menggali langkah-langkah manajemen pasok pada saat harga komoditas tersebut turun. Kedua negara juga sepakat bekerja sama memperbaiki persepsi masyarakat mengenai minyak sawit, termasuk kandungan nutrisi serta produksinya yang berkelanjutan,ā€ katanya.

Rizal Ramli mengatakan kedua negara harus mempunyai mekanisme untuk membantu petani kecil dalam menghadapi tantangan global. Hal ini merupakan komitmen pemerintah untuk terus menggali upaya bersama dalam menjamin pendapatan bagi petani kelapa sawit kedua negara.Ā ā€œUpaya ini sejalan dengan semangat kerja sama dan pertumbuhan inklusif ASEAN," ucap Rizal Ramli.Ā (Pew/Gdn)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya