Bandara Kulon Progo Bakal Dilengkapi Kereta Listrik

Pemerintah tengah berupaya‎ melakukan pembebasan lahan untuk membangun Bandar Udara Kulon Progo, Yogyakarta.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 26 Nov 2015, 11:15 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2015, 11:15 WIB
Pelayanan dan Inovasi Kereta Api Tanpa Henti Untuk Negeri (adv)
Dalam rangka HUT RI ke-70 , PT KAI menggelar program bedah rumah, layanan KRL gratis, hingga diskon tiket kereta api bandara.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah berupaya‎ melakukan pembebasan lahan untuk proyek Bandar Udara Kulon Progo, Yogyakarta. Meski belum dilakukan pembangunan secara fisik, pemerintah Yogyakarta sudah memiliki masterplan pengembangan wilayah tersebut.

Salah satunya, pemerintah bakal memfasilitasi jalur kereta menuju pusat Kota Yogyakarta dari Bandara Kulon Progo yang berjarak kurang lebih 30 kilometer (km) dari pusat kota. Kereta yang bakal digunakan adalah kereta listrik.

EVP DAOP 6 Yogyakarta PT Kereta Api Indonesia (Persero)‎ Hendy Helmy mengatakan bukan tanpa alasan pemerintah daerah bersama KAI memilih kereta listrik ketimbang kereta rail diesel (KRD) layaknya di Bandara Internasional Kuala Namu, Medan.

"Karena kereta menggunakan listrik ini lebih fleksibel daripada KRD. Akselerasi kecepatannya juga lebih bagus daripada KRD yang agak lama," kata Hendy, Kamis (26/11/2015).

Kereta dengan spesifikasi tersebut dibutuhkan mengingat kondisi geografis Bandara Kulon Progo yang terletak di atas ketinggian. Dengan kondisi rel yang menanjak dan berliku, kereta listrik mampu menempuh kecepatan paling lambat 60 km/jam.

Tidak hanya itu, Hendy mengatakan perawatan kereta listrik ini diklaim juga lebih mudah jika dibandingkan dengan ‎KRD. Dari segi suku cadang juga lebih murah dan lebih mudah didapatkan. "Diesel itu teknologi tinggi. Kalau kereta yang elektrik itu paling rusak berat kita ganti dinamonya, tapi kalau diesel itu kita meski bongkar semua," kata dia.

Dari pembicaraan dengan pemda, Hendy menambahkan sampai saat ini belum ada keputusan apakah kereta listrik tersebut berupa Mass Rapid Transit (MRT) atau Commuter Line. Direncanakan bandara dan kereta dapat dioperasikan mulai 2019.

Direncanakan, pembangunan kereta listrik ini tidak terlalu banyak membutuhkan pembebasan lahan mengingat konsepnya akan dibangun di bawah tanah dan elevated (menggantung).

"Jadi jalurnya nanti terpisah dari jalur kereta jarak jauh, tidak seperti di Jakarta yang jadi satu, karena kalau tidak bersinggungan begitu tidak akan saling menganggu," ujar Hendy. (Yas/Zul)**

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya