Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia diperdagangkan lebih rendah di akhir pekan ini, terimbas menguatnya dolar ke posisi tertinggi dalam delapan bulan.
Selain itu jatuhnya ekuitas di Cina menambahkan tekanan kepada harga minyak mentah dunia yang sedang kelebihan pasokan.
Melansir laman Reuters, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) tercatat turun lebih dari 2 persen, saat pembukaan pasar setelah libur Thanksgiving pada Kamis. Harga WTI turun US$ 1,10 menjadi US$ 41,94 per barel.
Sementara harga minyak mentah jenis Brent tergelincir sekitar 1 persen. Minyak jenis ini diperdagangkan 57 sen lebih rendah menjadi US$ 44,89 per barel.
Dolar mencapai level posisi tertingginya terhadap sekeranjang mata uang dipicu spekulasi jika Swiss National Bank akan mengikuti Bank Sentral Eropa untuk menurunkan suku bunga deposito.
Baca Juga
Penguatan greenback membuat komoditas berdenominasi dolar, termasuk minyak, kurang terjangkau bagi pemegang mata uang seperti euro.
Advertisement
Baca Juga
Sementara di Cina, saham merosot 5 persen, dilanda kekhawatiran tentang peraturan dan penurunan keuntungan di sektor industri.
"Volume perdagangan pada masa liburan ini lebih rendah, sebagian besar karena penguatan dolar dan sell-off di pasar ekuitas China," ujar Jim Ritterbusch, Konsultasi Minyak Ritterbusch & Associates mengatakan dalam sebuah komentarnya.
Analis memperkirakan perdagangan minyak pada pekan akan berlangsung lebih berhati-hati, menjelang pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Jumat.
Peningkatan risiko geopolitik juga telah mempengaruhi harga minyak akhir-akhir ini. Moskow mengancam membalas secara ekonomi kepada Turki seusai pesawat jet tempurnya ditembak jatuh.
Sementara OPEC diharapkan untuk tetap memberikan output yang tinggi untuk mempertahankan pangsa pasar.
Para pedagang dan investor terus mewaspadai komentar terbaru dari para eksportir minyak mentah itu. (Nrm/Igw)