Pisang RI Sulit Bersaing Saat Pasar Bebas ASEAN

Pengusaha tak yakin produk pisang Indonesia mampu bersaing saat MEA berlangsung. Kenapa?

oleh Septian Deny diperbarui 05 Des 2015, 21:01 WIB
Diterbitkan 05 Des 2015, 21:01 WIB
Buah Pisang
Buah Pisang

Liputan6.com, Jakarta - Saat berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlangsung pada awal tahun depan, produk-produk asal Indonesia harus mampu bersaing dengan produk dari negara lain di kawasan Asia Tenggara, termasuk untuk produk holtikultura seperti pisang.

Direktur PT RoyaL Sun Fruit, Sunandi Kertawijadjaya mengatakan, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang produk holtikultura, pihaknya tidak yakin jika produk pisang Indonesia mampu bersaing saat MEA berlangsung.

Dia menjelaskan, salah satu kendala yang dihadapi oleh produk pisang segar asal Indonesia saat akan dikirim ke negara lain yaitu soal tampilan fisik. Di beberapa negara, hanya mengizinkan pisang dengan tampilan yang bagus dan tidak memiliki cacat yang bisa masuk.


"Kita belum bisa memenuhi standar yang diminta mereka. Karena tadi ada cacat, kan sederhana tapi dia mau lihat pisang yang cantik. Cacat dia enggak mau, padahal rasa dan kualitasnnya sudah cocok, itu dia tidak mau. Kalau cacat kan nggak bisa dibuat oleh siapapun kan. Kalau rasa kan bisa, lewat temperaturnya dari iklimnya, bisa," ujarnya di Jakarta, Sabtu (5/12/2015).

Sunandi mengakui, untuk produk pisang segar, saat ini Indonesia masih kalah dari Filipina. Meski punya lahan perkebunan pisang yang tidak begitu luas, namun Filipina kini mampu menguasai pasar China.

"Filipina yang tanahnya kecil segitu bisa ekspor dan menguasai pisang ke China, ke dunia. Padahal kalau dibandingkan dengan Lampung (luas lahan perkebunannya) besarnya kalah," kata dia.

Selain itu, saat ini produk pisang segar lokal juga belum mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Melihat kondisi ini bukan tidak mungkin saat MEA nanti, pisang asal Filipina masuk dan membanjiri Indonesia.

"Untuk pasar Jakarta, saat ini seluruhnya, boleh dibilang 80 persen-90 persen pisangnya dari Lampung. Satu hari barangkali bisa 200 ton-300 ton, untuk Jakarta saja. Coba bayangkan itu untuk Jakarta saja, yang sampai sekarang pun kosong Jakarta (kekurangan pasokan). Sudah begitu banyak permintaan masih kosong," kata dia.

Menurut Sunandi, jika pemerintah tidak mau produk pisang lokal tersingkir saat MEA berlangsung nanti, maka pemerintah harus memberikan perhatian pada produk-produk holtikultura dengan permintaan yang besar di dalam negeri.

"Kita enggak bisa apa-apa. Pemerintah yang bisa. Hal ini terjadi kan karena pemerintah kurang perhatian," tandasnya. (Dny/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya