Ketimpangan Kesenjangan Warga RI Tertinggi dalam Sejarah RI

Ketimpangan antara orang kaya dan miskin meningkat dari 0,30 persen pada 2000 menjadi 0,42 persen pada 2015.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Des 2015, 11:57 WIB
Diterbitkan 08 Des 2015, 11:57 WIB
Perlambatan Ekonomi Indonesia Mengkhawatirkan
Suasana gedung bertingkat di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (15/5/2015). Perlambatan ekonomi Indonesia di triwulan I tahun 2015 sebesar 4,7 persen dinilai para pengamat ekonomi sangat mengkhawatirkan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ketimpangan antara orang kaya dan miskin di Indonesia/gini ratio semakin melebar dalam beberapa tahun terakhir. Angkanya 0,42 persen di tahun ini, bahkan disebut-sebut yang tertinggi dalam sejarah.

Kondisi jurang si kaya dan si miskin yang kian jauh dapat menjegal laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dalam laporannya, "Ketimpangan yang Semakin Lebar", Bank Dunia menyatakan ketimpangan di Indonesia telah mencapai tingkat yang tinggi.

Pada 2002, 10 persen warga terkaya Indonesia mengkonsumsi sama banyaknya dengan total konsumsi 42 persen warga termiskin, sedangkan konsumsinya sama banyaknya dengan 54 persen warga termiskin.

Country Director Indonesia The World Bank, Rodrigo Chaves, saat merilis laporannya mengatakan pertumbuhan selama satu dasawarsa terakhir hanya menguntungkan 20 persen warga terkaya, sementara 80 persen populasi sisanya dari sekitar 205 juta orang berada dalam lingkaran kemiskinan.

Selama krisis keuangan Asia di periode 1997-1998, saat angka kemiskinan naik tajam, rasio gini ikut turun. Seluruh orang terkena dampak krisis, tapi efeknya paling keras menghantam segmen masyarakat terkaya.

Ketimpangan antara orang kaya dan miskin‎ meningkat dari 0,30 persen (2000) menjadi 0,41 persen (2014) dan melebar di tahun ini 0,42 persen.  

"Angka ini tertinggi yang pernah tercatat sepanjang sejarah," kata Chaves di Ballroom XXI Djakarta Theater, Jakarta, Selasa (8/12/2015).

Tingkat ketimpangan Indonesia, katanya, menjadi tinggi dan naik lebih cepat dibanding sebagian besar negara tetangga di Asia Timur. Chaves mengatakan, setelah pulih dari krisis keuangan Asia, PDB riil per kapita Indonesia tumbuh rata-rata 5,4 persen per tahun antara periode 2000-2014.

Pertumbuhan tersebut membantu banyak orang keluar dari kemiskinan. Angka kemiskinan disebutkan dari laporan Bank Dunia, berkurang dari separuhnya dari 24 persen saat krisis menjadi 11 persen pada 2014. Pertumbuhan ekonomi pun membantu menciptakan kelas menengah yang lebih kuat dari yang pernah ada sebelumnya.

Saat ini terdapat 45 juta orang (18 persen orang terkaya dari seluruh masyarakat Indonesia) yang mapan secara ekonomi dan menikmati kualitas hidup lebih tinggi. Mereka adalah segmen popularitas yang berkembang paling pesat, dengan peningkatan 10 persen per tahun sejak 2002.

Chaves menambahkan antara 2003-2010, konsumsi per orang untuk 10 persen per tahun setelah memperhitungkan inflasi, tapi kenaikannya kurang dari dua persen per tahun untuk 40 persen warga termiskin.  

"Ini berpengaruh pada perlambatan laju pengentasan kemiskinan dengan jumlah orang miskin turun hanya dua persen per tahun sejak 2002 dan nyaris tidak ada penurunan pada jumlah orang yang rentan miskin," terang dia.  (Fik/Ahm)**

** Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya