Hadapi MEA, Jumlah Insinyur RI Kalah Dibanding Malaysia

saat ini Indonesia masih kekurangan beberapa tenaga ahli untuk bersaing dengan negara lain, salah satunya Insinyur

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 31 Des 2015, 16:38 WIB
Diterbitkan 31 Des 2015, 16:38 WIB
Sektor Konstruksi Indonesia Berkembang Pesat
Sektor konstruksi memiliki peranan penting dalam perekonomian negara.

Liputan6.com, Jakarta Mulai besok Pasar Bebas ASEAN atau lebih sering disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) s‎udah diberlakukan. Namun begitu, saat ini Indonesia masih kekurangan beberapa tenaga ahli untuk bersaing dengan negara lain, salah satunya Insinyur. Jumlah insiyur di Indonesia kalah dengan Malaysia

Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Hermanto Dardak menjelaskan, saat ini jumlah calon insinyur yang dimiliki Indonesia hanya sekitar 750 ribu orang. Namun tak semua memiliki sertifikasi.

"Kalau dibilang kekurangan insinyur, itu jelas, sama saja itu setiap 1 juta orang ada insinyur sebanyak 3.000 orang, itu masih kecil jika dibandingkan negara lain di Asean yang rata-rata di atas 4000 orang," kata Hermanto di Jakarta, Kamis (31/12/2015).

Kurangnya tenaga ahli insinyur ini dikatakan Hermanto karena minat para generasi muda yang secara tren mengalami penurunan. Hal ini tidak terlepas dari kurangnya publikasi mengenai profesi insinyur dan berbagai peluangnya kepada para generasi muda.

Hermanto menambahkan, jumlah 750 orang itu ribu orang itu hanya setara 15 persen jumlah mahasiswa di Indonesia. Angka tersebut rendah jika dibandingkan dengan Korea Selatan yang mencapai 33 persen, Malaysia 24 persen, Vietnam 25 persen dan Tiongkok 38 persen.

Sementara itu jumlah insinyur yang dimiliki Indonesia yang tersertifikasi dan mampu bersaing di kancah proyek internasional‎ hanya sekitar 10 ribu orang. Jumlah ini, dikatakan Hermanto akan terus ditambah setiap tahunnya.

Adapun hal-hal yang bakal dilakukan PII untuk meningkatkan jumlah insinyur diantaranya memberikan kemudahan dan meningkatkan pelayanan sertifikasi bagi para sarjana tekhnik yang ingin bekerja.

"Selain itu kita dorong untuk membuat museum, disana ada display, dokumentasi setiap mega proyek yang kita buat, kita kenalkan ke siswa SD, SMP, SMA jadi mereka bisa tau peluang dan daya tariknya," tutup Hermanto. (Yas/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya