Liputan6.com, Jakarta Harga emas yang tinggi sering kali mencerminkan ketidakpastian ekonomi, inflasi yang meningkat, atau pelemahan nilai mata uang.
Dalam kondisi seperti ini, beberapa sektor saham berpotensi mendapatkan keuntungan, antara lain:
Advertisement
Baca Juga
1. Sektor Tambang & Logam Mulia
Contoh saham: MDKA (Merdeka Copper Gold), ANTM (Aneka Tambang), PSAB (J Resources), TINS (Timah)
Advertisement
Alasan: Harga emas yang tinggi biasanya meningkatkan keuntungan perusahaan yang bergerak di tambang emas dan logam mulia lainnya.
2. Sektor Energi (Komoditas lain selain emas)
Contoh saham: ADRO (Adaro Energy), ITMG (Indo Tambangraya Megah), PTBA (Bukit Asam)
Alasan: Saat harga emas tinggi, sering kali harga komoditas lain seperti batu bara dan minyak juga menguat karena faktor inflasi dan permintaan global.
3. Sektor Keuangan (Bank & Investasi)
Contoh saham: BBCA (BCA), BBRI (BRI), ARTO (Bank Jago)
Alasan: Jika suku bunga naik untuk meredam inflasi, bank bisa mendapat keuntungan dari margin bunga yang lebih tinggi.
4. Sektor Konsumer Primer (Defensif)
Contoh saham: ICBP (Indofood CBP), UNVR (Unilever), MYOR (Mayora)
Alasan: Dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti, saham defensif seperti makanan dan kebutuhan pokok cenderung tetap kuat.
5. Sektor Teknologi & Digital
Contoh saham: TLKM (Telkom), GOTO (GoTo), BUKA (Bukalapak)Alasan: Investor bisa mencari alternatif selain emas, seperti saham berbasis teknologi yang punya pertumbuhan jangka panjang.
Advertisement
Strategi Investasi
- Perhatikan sentimen global (suku bunga The Fed, inflasi, geopolitik).
- Gunakan strategi diversifikasi agar tidak bergantung pada satu sektor.
- Pilih saham dengan fundamental kuat dan prospek pertumbuhan jangka panjang.
