Perusahaan Tambang Terbesar Dunia PHK 6.500 Karyawan

Perlambatan ini juga dirasakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia yaitu China.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 17 Feb 2016, 11:39 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2016, 11:39 WIB
Tambang
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi dunia tengah melambat. Perlambatan ini juga dirasakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Tiongkok. Harga komoditas yang rendah, ketidakpastian ekonomi global, dan penurunan permintaan dari Tiongkok memukul sejumlah perusahaan. Alhasil, pemutusan hubungan kerja (PHK) harus mereka lakukan.

Baru-baru ini, salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia, Anglo American, mem-PHK 6.500 karyawannya. Perusahaan tambang raksasa dunia ini menyatakan ada pengurangan radikal dalam bisnisnya.

Mereka memangkas 60 persen karyawannya, menjual aset, dan menghentikan operasi penambangan nikel.

 

Restrukturisasi dilakukan untuk meningkatkan arus kas perusahaan, mengurangi utang, dan persiapan perusahaan kala Tiongkok tidak lagi melakukan pembangunan.

Seperti dilansir dari Business Insider, Rabu (17/2/2016), Anglo melakukan beberapa langkah restrukturisasi. Di antaranya:

- Memangkas aset inti dari 45 menjadi 16, memfokuskan bisnis ke berlian, platinum, dan tembaga
- Menjual US$ 5-US$ 6 miliar aset hingga akhir 2016, sementara aset senilai US$ 2,1 miliar sudah terjual di 2015.
- Memangkas US$ 1,2 miliar biaya di tahun ini
- Pengurangan modal kerja atau capital expenditure (capex) senilai US$ 3 miliar di tahun ini dan US$ 500 juta di 2017.
- Mengurangi karyawan dari 11.500 ke 5.000, kebanyakan disebabkan oleh penjualan aset.

Negeri Tirai Bambu mencoba mengubah ekonomi negara dari ekonomi berbasis produksi manufaktur ke ekonomi berbasis konsumen.

Tiongkok menghabiskan 10 tahun menjadi konsumen logam dan sumber daya lainnya di seluruh dunia. Pertumbuhannya kini tengah melambat dan menyebabkan permintaan turun drastis. Imbasnya, harga komoditas logam menurun.

Perusahaan tambang terpukul karena kondisi ini. Harga saham Anglo American pun anjlok 70 persen sejak Mei tahun lalu. (Zul/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya