Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan produksi minyak Indonesia akan terus menurun. Ini dipicu lambannya pengembalian cadangan (eksplorasi) minyak nasional.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi menuturkan, tahun lalu produksi minyak nasional hanya 817 ribu barel per hari (bph). Sementara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ditargetkan sebesar 835 ribu bph.
Baca Juga
"Kalau dulu produksi minyak lebih banyak ketimbang air. Sekarang 90 persen air, jadi minyaknya mahal," kata Amien, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Senin (22/2/2016).
Advertisement
Baca Juga
Menurut Amien, produksi minyak Indonesia terus menurun dari tahun ke tahun. Jika pada 2010, realisasi produksi minyak mencapai 942 ribu bph, prognosa awal di 2016 hanya mencapai 825 ribu bph. Bahkan di 2020 diprediksi tersisa 550 ribu b‎ph.
Dia menuturkan, cadangan minyak Indonesia saat ini jauh lebih kecil, hanya 4 miliar barel, bila dibandingkan era 1960 hingga 1970 mencapai 20 miliar barel. Hal tersebut disebabkan pengembalian cadangan minyak yang lambat.
"Pertumbuhan cadangan negatif atau cadangan menurun, ini dikarenakan penemuan cadangan tidak bisa cepat. Kapasitas produksi juga menurun‎," ungkap Amien.
Amien menambahkan, saat ini ada 312 Wilayah Kerja Migas di Indonesia. Sebanyak 61 Wilayah Kerja mengalami terminasi, 84 sedang eksplorasi, 67 produksi dan17 pengembangan.
"Yang eksplorasi cukup banyak. Jadi kami harap dari eksplorasi akan ditemukan cukup banyak cadangan," tutup Amien. (Pew/Nrm)