Liputan6.com, Jakarta - Nasib pengembangan lapangan gas abadi Blok Masela masih terkatung-katung. Kisruh terjadi di kalangan pemerintah ketika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli secara sepihak mengumumkan skenario pembangunan kilang LNG antara di darat (on shore). Padahal Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum memutuskan hal tersebut.
Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika ditemui usai menghadiri acara The Economist Events' Indonesia Summit memastikan akan secepatnya mengumumkan skenario pengembangan Blok Masela.
Diskusi untuk memutuskan terkait pembangunan kilang LNG lapangan gas di kawasan Timur Indonesia itu memang cukup lama mengingat dua usulan pengembangan Blok Masela di darat atau di laut mempunyai perhitungan berbeda. Â
"Nanti kita akan ambil keputusan segera. Lama karena proyeknya besar, jadi harus hati-hati dan perhitungannya juga harus baik," ujar JK di Hotel Shangrila, Jakarta, Kamis (25/2/2016).
Â
Baca Juga
Hanya saja, JK tidak memberi jawaban pasti kapan skenario pengembangan Blok Masela bakal diputuskan. "Kita menunggu hari yang baik," katanya singkat seraya meninggalkan lokasi acara.
Sebelumnya, Rizal Ramli dalam keterangan resminya telah mengumumkan pengembangan Blok Masela dengan skenario pembangunan kilang LNG di darat. Keputusan itu diambil setelah dilakukan pembahasan secara menyeluruh dan hati-hati, dengan memperhatikan masukan dari banyak pihak.
"Pertimbangannya, pemerintah sangat memperhatikan multiplier effect serta percepatan pembangunan ekonomi Maluku khususnya, dan Indonesia Timur pada umumnya," ujar dia.
Namun keterangan ini dibantah Juru Bicara Kepresidenan Johan Budi yang mengatakan, Presiden Jokowi belum memutuskan pembangunan fasilitas pengelolaan gas produksi Blok Masela.
"Sampai saat ini, Presiden Jokowi belum memutuskan metode pembangunan Blok Masela apakah offshore atau onshore. Presiden masih mengkaji seluruh aspek Proyek Masela," kata Johan.
Johan Budi mengatakan, keputusan harus dibuat dengan sangat hati-hati mengingat besarnya skala dan kompleksitas proyek gas Blok Masela.
Advertisement
Lanjutnya, Presiden mempertimbangkan berbagai aspek. Tidak hanya secara komersial dan teknis, tetapi juga sosial, budaya, ekonomi, hingga pengembangan kawasan setempat.
Berdasarkan kajian Kemenko Maritim dan Sumber Daya, biaya pembangunan kilang darat (on shore) sekitar US$ 16 miliar. Sedangkan jika dibangun kilang apung di laut (off shore), nilai investasinya lebih mahal mencapai US$ 22 miliar. Dengan demikian, kilang di darat lebih murah US$ 6 miliar dibandingkan dengan kilang di laut.
Angka ini sangat berbeda dengan perkiraan biaya dari Inpex dan Shell. Keduanya kompak menyatakan, pembangunan kilang offshore hanya menelan dana US$ 14,8 miliar. Sedangkan pembangunan kilang di darat, mencapai US$ 19,3 miliar. (Fik/Ndw)