Menperin: Industri Kertas RI Duduki Peringkat 6 Dunia

Peta industri pulp dan kertas dunia yang terus mengalami perubahan dinilai membawa keuntungan Indonesia.

oleh Septian Deny diperbarui 01 Mar 2016, 19:03 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2016, 19:03 WIB
20151120-Pabrik Kertas
Pabrik kertas (Foto Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Peta industri pulp dan kertas dunia yang terus mengalami perubahan dinilai membawa keuntungan Indonesia. Industri ini bergeser dari negara-negara di Amerika Utara dan Scandinavia (Eropa Utara) ke Amerika Latin dan Asia, termasuk Indonesia.

"Kombinasi pergeseran dan prediksi kenaikan kebutuhan kertas dunia dari 394 juta ton menjadi 490 juta ton pada 2020, memberi peluang bagi kita untuk mengembangkan industri pulp dan kertas," ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (1/3/2016).

Dia mengatakan, kontinuitas pasokan bahan baku untuk industri pulp dan kertas nasional terjaga dari pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI). Selain itu, Indonesia juga dinilai unggul dalam pasokan bahan baku karena iklim yang cocok bagi tanaman HTI seperti akasia dan eucalyptus.

"Saat ini, industri pulp Indonesia menduduki peringkat 9 dunia. Sedangkan industri kertas menduduki peringkat 6 dunia. Khusus di Asia, industri pulp dan kertas nasional menempati peringkat ke-3," kata dia.

 

Saleh menyatakan, kondisi perekonomian dunia pada 2016 diperkirakan cenderung stagnan. Hal tentu akan mempengaruhi kinerja perdagangan Indonesia. Namun demikian, dalam kondisi tersebut diperkirakan industri pulp dan kertas nasional diprediksi akan tetap tumbuh sebesar 3 persen-4 persen.

"Karena produk pulp dan kertas merupakan salah satu komoditas yang akan terus dikonsumsi seiring dengan tumbuhnya populasi penduduk dunia," tuturnya.

Sementara itu Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, saat ini pengembangan industri pulp dan kertas dilakukan dengan pendekatan klaster industri, dengan  inti industri kertas dan fokus pengembangannya di Pulau Jawa.

"Sedangkan industri pulp diarahkan ke luar Pulau Jawa, khususnya Sumatera, Kalimantan dan Papua," ungkapnya.

Kemenperin juga mendorong  pengembangan industri pulp yang terpadu dengan Hutan Tanaman Industri (HTI), terutama di arahkan ke kawasan timur Indonesia.

Selain itu, pengelolaan HTI  dan industri pulp dan kertas harus memenuhi kaidah-kaidah pelestarian lingkungan dan pengembangan industri ini dirangsang dengan pemberian insentif melalui tax holiday ataupun tax allowance.

Indonesia diyakini memiliki peluang untuk mengembangkan industri ini karena didukung terbukanya peluang pasar baik di dalam negeri maupun di dunia dan adanya keunggulan komparatif.

Seperti masih adanya areal lahan yang cukup luas sebagai sumber bahan baku kayu, iklim tropis yang memungkinkan tanaman dapat tumbuh lebih cepat, tersedianya bahan baku alternatif dan telah dikuasainya teknologi proses.

Sebagai informasi, saat ini kebutuhan kertas dunia diperkirakan akan tumbuh sebesar rata-rata 2,1 persen per tahun. Kapasitas terpasang industri pulp dan kertas nasional masing-masing sebesar 7,932 juta ton per tahun untuk pulp dan 12,986 juta ton per tahun untuk kertas dengan jumlah industri sebanyak 81 industri.

Ekspor pulp dan kertas masing-masing sebesar 3,5 juta ton pulp dengan nilai sebesar US$ 1,72 miliar dan 4,35 juta ton kertas dengan nilai sebesar US$3,74 miliar. Kemenperin mencatat, hampir semua jenis produk kertas telah dapat diproduksi dalam negeri. (Dny/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya