Menko Darmin Minta RI Berani Ambil Risiko Hadapi FTA

Pemerintah menilai beberapa permintaan dari Uni Eropa memberatkan Indonesia, salah satunya pembebasan bea masuk.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 03 Mar 2016, 14:40 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2016, 14:40 WIB
20150916-Jokowi Minta Para Menteri Cari Terobosan Untuk Permudah Investasi-Jakarta
Menko Perekonomian Darmin Nasution memberi keterangan usai Rapat Terbatas di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/9). Presiden Jokowi meminta seluruh kementerian membuat terobosan untuk memudahkan investasi di Indonesia. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Negosiasi pemerintah Indonesia dan Uni Eropa terkait perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement) dalam skema Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) terus berlangsung. Pemerintah masih menghitung untung rugi kerja sama FTA dengan Uni Eropa.

Dalam Rapat Koordinasi FTA, pemerintah menilai beberapa permintaan dari Uni Eropa yang memberatkan pihak Indonesia, misalnya pembebasan bea masuk sebesar 95 persen pos tarif. Kebijakan liberal ini dianggap dapat memukul industri dalam negeri.

Permintaan lainnya dari Uni Eropa, menghapus bea keluar. Permintaan ini berkaca dari mitra dagang Uni Eropa, Vietnam, yang telah menghapus bea keluar dalam perdagangan dengan Uni Eropa.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menekankan, Indonesia seharusnya bisa lebih berani dalam perundingan FTA dengan Uni Eropa. Terlebih dengan sejumlah persyaratan dari Uni Eropa yang dianggap memberatkan.

"Mestinya dengan Uni Eropa, kita berani untuk ambil risiko karena kita tidak bersaing dengan mereka. Beda jika dibandingkan dengan dua kompetitor lain, India dan China," ungkap Darmin saat ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Darmin menegaskan, pemerintah perlu berkoordinasi intensif antar Kementerian/Lembaga terkait, supaya tercapai titik temu dalam perundingan.

Hal ini mengingat April mendatang, Presiden Joko Widodo akan melakukan lawatan ke beberapa negara Uni Eropa seperti Jerman, Inggris, Belanda dan Belgia.

"Kita harus punya milestone yang mau dicapai, kalau tidak, perundingannya akan berputar-beputar, tidak mencapai target," ujar Darmin. (Fik/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya