Pengusaha Tekstil Minta Jokowi Buka Perdagangan Bebas ke Eropa

Selama ini ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia ke Uni Eropa masih sangat kecil yaitu sekitar US$ 3,6 miliar per tahun.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Mar 2015, 18:52 WIB
Diterbitkan 04 Mar 2015, 18:52 WIB
Tekstil
Tekstil (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha tekstil dan produk tekstil (TPT) dalam negeri meminta pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membuat perjanjian kerja sama perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA) dengan Uni Eropa dan Turki. Diharapkan dengan adanya kerja sama tersebut bisa meningkatkan angka ekspor TPT nasional.

Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan, adanya kerja sama free trade agreement diharapkan agar produk TPT Indonesia bisa berdaya saing dan lebih banyak diekspor ke negara-negara di kawasan Uni Eropa.

"Kami kan sudah melakukan restrukturisasi mesin selama 7 tahun. Artinya kami siap berdaya saing secara global. Namun infrastruktur kita belum jalan. Sedangkan negara lain infrastruktur perdagangannya sudah jalan. Mereka ada free trade dengan Eropa," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (4/3/2015).

Dia menjelaskan, pemerintah selama ini tidak melakukan FTA dengan negara tujuan pasar dari produk TPT. Pemerintah malah membuat FTA dengan negara pesaing seperti China dan Korea.

"Jadi kami kan sudah siap dari mesin dan pelatihan manusianya. Sekarang tinggal menerobos pasarnya. Kami harapkan free trade dengan Eropa dan Turki segera dilakukan," lanjut dia.

Menurut Ade, selama ini ekspor TPT Indonesia ke Uni Eropa masih sangat kecil yaitu sekitar US$ 3,6 miliar per tahun. Jika Indonesia punya FTA dengan kawasan tersebut, maka nilai ekspor TPT bisa meningkat sampai US$ 10 miliar hingga US$ 12 miliar.

"Mereka punya penduduk 260 juta orang dengan pendapatan per kapita rata-rata US$ 40 ribu, artinya kekuatan membelinya kuat. Juga konsumsi TPT-nya mendekati 28 kilogram per kapita. Artinya itu adalah suatu peluang dan kita tidak bisa memanfaatkan ini karena tidak ada akses pasar ke Eropa," katanya.

Negara-negara seperti Vietnam, Kamboja dan Bangladesh, lanjut Ade, sudah merasakan manfaat dari FTA dengan Uni Eropa dan Turki sehingga produk TPT dari ketiga negara tersebut mampu menguasai pasar Eropa.

"Vietnam, Kamboja dan Bangladesh mendapatkan preferential tariff treatment 0 persen sehingga semua pusat perbelanjaan dan pedagangan baju di sana didominasi produksi Vietnam dan Bangladesh. Kalau kami harus bayar bea masuknya sekitar 12 persen sampai 30 persen," jelasnya.

Selain itu, terbukanya kerja sama perdagangan dengan Turki maka akan membuka pintu gerbang produk TPT Indonesia untuk lebih banyak masuk Amerika Serikat.

"Ini adalah gerbang untuk ke Eropa bagian timur, untuk berikan respon yang cepat ke Eropa Barat maupun ekspor ke Amerika secara tidak langsung karena ekspor terbesar TPT ke Amerika adalah Eropa. Dengan masuk ke Eropa, kita bisa masuk ke Amerika secara tidak langsung dengan pintu gerbangnya yaitu Turki," tandasnya. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya