Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk (BCA) berencana menarik biaya atas transaksi pengecekan saldo di seluruh mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BCA. Emiten berkode BBCA ini bakal mengenakan biaya Rp 1.000 per transaksi.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, perusahaan akan menentukan jumlah frekuensi pengecekan saldo yang dibebaskan dari biaya. Jika melebihi jumlah yang telah ditetapkan dalam periode tertentu, maka nasabah akan dikenakan biaya.Â
Baca Juga
"Kita masih hitung berapa biayanya. Kita batasi lihat saldo secara gratis, misalnya 10-20 kali tergantung kebutuhan yang layak. Lebih dari itu kena biaya tapi tidak mahal, sekitar Rp 1.000," katanya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu (6/3/2016).
Advertisement
Jahja menegaskan, perusahaan akan melakukan kajian mendalam atas rencana pungutan biaya cek saldo tersebut. Sehingga dipastikan Jahja, realisasinya tidak akan berlangsung dalam waktu cepat mengingat perlu ada sosialisasi jika benar-benar ingin menerapkannya.
"Waktunya kapan, tidak dalam waktu cepat. Pasti disosialisasi dulu," ucapnya.
Menurutnya, seringnya nasabah bolak-balik mengintip saldo ATM, bahkan menarik atau mengambil uang dalam jumlah kecil mengakibatkan biaya operasional ATM membengkak. Padahal perbankan dituntut untuk efisien.
"Biaya maintenance plus penyusutan Rp 144 juta per ATM. Di ATM banyak yang lihat saldo melulu dan mengambil uang sering tapi jumlahnya kecil Rp 50 ribu. Ini kan tidak efisien, sedangkan bank dituntut efisien. Jadi perlu dibantu nasabahnya juga harus efisien," jelas Jahja.
Dengan demikian, Jahja nasabah memaksimalkan layanan SMS, internet dan mobile banking dari BCA. Layanan tersebut dapat digunakan di ponsel maupun komputer jinjing nasabah. Jika nasabah menggunakan layanan tersebut untuk pengecekan saldo, sambungnya, nasabah dibebaskan dari biaya seperti di ATM.
"Kalau cek saldo di internet banking, mobile banking free alias tidak kena biaya. Mari kita edukasi masyarakat supaya jangan gagap teknologi. Bagaimana Indonesia mau maju kalau kita tidak mendidik masyarakat untuk maju," pungkas Jahja. (Fik/Zul)