Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dinilai mempunyai potensi besar untuk menarik lebih banyak investasi dari investor asing dalam beberapa tahun ke depan. Selain karena pasar Indonesia yang begitu besar, sejumlah negara yang selama ini menjadi favorit bagi investor kini tengah mengalami titik jenuh.
Wakil Ketua Asoasiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit mengatakan, salah satu negara yang mengalami kejenuhan dalam hal investasi yaitu Tiongkok. Kini negara tersebut pun harus rela menurunkan ekspor.
"Ada kejenuhan di Tiongkok yang tadinya berperan dan sekarang akhirnya dia harus memilih mana yang terbaik buat Tiongkok yaitu memilih services. Sehingga ada US$ 300 miliar potensial ekspor yang harus keluar. Artinya bukan dikeluarkan oleh Tiongkok. Karena Tiongkok pun ingin pertahankan," ujarnya di Jakarta, Kamis (17/3/2016).
Baca Juga
Bahkan kini investor asal negeri tirai bambu tersebut mulai mencari negara tujuan untuk menanamkan modalnya, salah satunya ke Indonesia. Hal ini salah satunya karena standar upah di negara tersebut mengalami kenaikan sehingga menurunkan daya saing produk.
"Tetapi karena karakteristik dan competitiveness di sana lantas harus keluar, sehingga mencari tentu daerah investasi baru. Indonesia menjadi salah satu yang dipertimbangkan," lanjutnya.
Meski demikian, Indonesia juga dinilai harus tetap waspada. Pasalnya ada negara di ASEAN yang juga tengah melakukan reformasi struktur pemerintah, yaitu Myanmar. Hal ini dinilai akan menjadi salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.
"Dan yang harus kita amati adalah Myanmar. Setelah partai yang didirikan Aung San Su Kyi menang, dan memang dia tidak menjadi presiden tapi peranannya tetap besar, di sana mulai melakukan reformasi," ungkap dia.
Menurut Anton, pemerintah Myanmar dengan presiden barunya akan mengeluarkan relaksasi kebijakan, salah satunya soal investasi asing. Jika hal ini dilakukan, maka bukan tidak mungkin muncul minat investor untuk menanamkan modalnya di negara tersebut.
"Tadinya perusahaan asing tidak bisa memiliki apartemen. Masih presiden yang lama dia sudah mulai mengubah. Asing sudah diperbolehkan, dan memang saat ini investor belum boleh memiliki tanah. Tapi bisa menyewa. Saya yakin sebentar lagi dia akan ubah. Kalau itu yang dilakukan, reformasi secara tegas ini pasti akan ada pengaruh. Karena mereka melihat kawasan ASEAN itu menjadi satu market," tandas dia. (Dny/Gdn)