Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan kenaikan angka kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada kuartal I 2016 ini jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada Mei 2016, Bank Mandiri mencatatkan angka kredit bermasalah bersih (NPL nett( 1,16 persen sedangkan pada kuartal sebelumnya tercatat 0,89 persen.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo‎ mengungkapkan, kenaikan NPL tersebut seiring dengan masih lemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu belakangan ini.
"Meski pertumbuhan ekonomi mulai membaik dari tahun lalu, namun di perbankan, hal itu tidak langsung sejalan, perbankan masih dalam masa konsolidasi, artinya kita harus melakukan penyesuaian. Kami juga akan fokus menangani kredit-kredit bermasalah," kata pria yang memiliki panggilan Tiko tersebut, di kantornya, Senin (16/5/2016).
Baca Juga
Sementara di kesempatan yang sama Direktur Risk Management and Complain‎ Bank Mandiri A Siddik Badruddin‎ menjelaskan kenaikan NPL tersebut paling signifikan terjadi di sektor konsumer.
Secara lebih rinci, di sektor ‎konsumer tersebut paling dominan dicatatkan oleh pera pelaku bisnis di dunia pertambangan. Hal ini sejalan dengan masih melemahnya harga komoditas Indonesia.
‎"Jadi karena ekonomi Indonesia masih dalam basis komoditas, dan belum ada perbaikan harga komoditas, tapi secara general masih belum cukup, jadi sektor komoditas, oil dan gas butuh waktu lama cash flow-nya membaik," ujar dia.
Diperkirakan Siddik, resiko ini masih akan berlanjut hingga akhir tahun. Secara gross, Bank Mandiri mentargetkan NPL nya akan berada di 3 persen dari yang saat ini total sebesar 3,2 persen.
Untuk mengantisipasi resiko yang terjadi, dalam laporan kinerjanya di triwulan I 2016 juga telah mencatatkan pencadangan dana mencapai 130 persen. Akibat pencadangan inilah laba Bank Mandiri hanya Rp 3,8 triliun, turun jika dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 5,1 triliun.Â