Sentimen The Fed Tekan Rupiah hingga Sentuh 13.703 per Dolar AS

Rupiah dibuka di angka 13.618 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya.

oleh Arthur Gideon diperbarui 25 Mei 2016, 12:03 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2016, 12:03 WIB
20160104- Tahun 2016 Rupiah Sulit Menguat-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas merapikan uang di Kantor Kas Bank Mandiri, Jakarta, Senin (4/1/2016). Nasib rupiah di tahun 2016 sulit menguat di tengah tingginya permintaan dollar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan sepanjang pekan ini. Pada perdagangan Rabu ini rupiah sempat menyentuh level 13.700 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Rabu (25/5/2016), rupiah dibuka di angka 13.618 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.638 per dolar AS.

Rupiah sempat menyentuh angka 13.703 per dolar AS pada pukul 09.35 WIB. Namun kemudian menguat kembali ke kisaran 13.650 per dolar AS. Rentang gerak rupiah sejak pagi hingga siang hari ini di kisaran 13.596 per dolar AS hingga 13.703 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah melemah ke 13.671 pada hari. Kemarin, BI mematok rupiah di angka 13.606 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini bersamaan dengan beberapa mata uang negara lain. Dolar AS memang terus menguat sejak pekan kemarin karena adanya spekulasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed.

Dolar AS menguat setelah Gubernur Bank Sentral AS Philadelphia Patrick Harker mengatakan bahwa the Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga dua atau tiga kali di tahun ini. Dolar AS terus menguat sejak mengampu kebijakan moneter di AS memberikan sinyal-sinyal akan menjalankan kebijakan pengetatan moneter.

"Kami melihat dolar As mampu bangkit kembali karena pasar meningkatkan harapan mereka akan kemungkinan kenaikan suku bunga pada Juni Juli," kata Eimear Daly, Analis Mata Uang Standard Chartered Plc.

Ia melanjutkan, kebijakan moneter AS bakal menjadi sentimen utama dalam beberapa hari atau bahkan pekan ke depan.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM. Menurutnya, peningkatan ekspektasi kemungkinan kenaikan suku bunga AS di bulan Juni atau Juli mendukung penguatan dolar AS.

Sedangkan Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, rupiah melemah cukup tajam pada perdagangan Selasa sejalan dengan kembalinya penguatan dollar di pasar Asia.

"Hari ini dengan dollar index yang kembali menguat, rupiah berpeluang menjaga tekanan depresiasinya," jelas dia.

Penetapan peringkat layak investasi oleh Fitch hanya akan memberikan sedikit sentimen positif. Investor lebih fokus terhadap pengumuman peringkat oleh S&P dalam waktu dekat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya