Pemerintah Tak Naikkan Harga Elpiji Subsidi

Subsidi BBM dan elpiji mencapai Rp 41 triliun dalam RAPBN-P 2016.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Jun 2016, 18:00 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2016, 18:00 WIB
Pertamina Jamin Elpiji 3 Kg Aman Hingga Lebaran
Petugas menata tabung gas elpiji ukuran 3 kg yang akan didistribusikan, Depok, Senin (22/6/2015). Pertamina menjamin pasokan gas elpiji aman hingga menjelang Lebaran 2015. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyatakan tidak akan menaikkan harga elpiji bersubsidi 3 Kilo gram / Kg, pada tahun ini, dengan tujuan untuk menghemat anggaran. Lantaran harga elpiji saat ini malah menurun.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said megatakan, instansinya tidak mengajukan pengurangan subsidi elpiji 3 Kg dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan/RAPBN-P 2016.

"Tidak ada (pengurangan subsidi elpiji)," kata Sudirman, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (14/6/2016).

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengungkapkan, dalam nota keuangan APBN 2016 memang ditetapkan ada pengurangan subsidi elpiji Rp 1.000 per Kg. Namun karena harga elpiji di pasar mengalami penurunan maka rencana tersebut dibatalkan.

‎"Dalam nota keuangan ada Rp 1.000 untuk 2016 tapi elpiji dunia relatif turun," tutur Wiratmaja.

Wiratmaja menuturkan, saat ini anggaran subsidi untuk elpiji 3 Kg sebesar ‎Rp 31 triliun masih cukup untuk menomboki antara harga pasar dengan harga jual ke masyarakat.

Saat ini harga elpiji US$ 300-US$ 318 per metric ton (MT). Dengan begitu pemerintah mensubsidi Rp 3.500 per Kg.

"Dari hitungan masih cukup karena harga pembelian masih murah jadi tidak ada rencana kenaikan harga‎. Tadinya rencananya dinaikin karena supaya subsidinya segitu cukup (Rp 31 triliun) dengan harga turun tidak perlu naikin lagi," tutur Wiratmaja.

Seperti yang dikutip dari bahan ‎nota keuangan RAPBN-P 2016, di Jakarta, pada Selasa pekan ini, subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji 3 Kg dalam RAPBN-P 2016 diperkirakan mencapai Rp 41 triliun, menurun Rp 23 triliun dari APBN-P 2016 sebesar Rp 64 triliun‎.

Penurunan ‎subsidi tersebut disebabkan oleh perubahan asumsi dasar ekonomi, seperti penurunan harga minyak dunia dari US$ 50 per barel menjadi US$ 35 per barel dan penyesuaian nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dari Rp 13.900 ke Rp 13.500.

Di samping itu, penurunan subsidi BBM juga disebabkan oleh perubahan besaran subsidi tetap dari Rp 1.000 per liter menjadi Rp 350 per liter.

Sedangkan dalam asumsi dasar yang terkait dengan sektor Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam RAPBN-P 2016, volume elpiji bersubsidi 3 Kg diusulkan tidak berubah, masih sama dengan APBN 2016 sebesar 6,602 juta ton, sedangkan realisasi sampai Mei 2016 2,391 juta ton. (Pew/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya