Apa Pengaruh Brexit pada Ekonomi Indonesia?

Pemerintah memastikan perekonomian Indonesia tetap stabil meskipun Inggris betul-betul keluar dari Uni Eropa.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 24 Jun 2016, 14:45 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2016, 14:45 WIB
20160624-Pro-Brexit Rayakan Kemenangan Awal Inggris Hengkang dari Uni Eropa-London
Pendukung Brexit mengenakan topi Inggris di pesta Leave.EU setelah melihat hasil penghitungan sementara referendum Inggris yang menunjukkan mayoritas rakyat Inggris memilih “Brexit” alias keluar dari Uni Eropa, di London, Kamis (23/6). (GEOFF CADDICK/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah memastikan perekonomian Indonesia tetap stabil, meski Inggris betul-betul keluar dari Uni Eropa. Justru sebaliknya, Inggris maupun Uni Eropa yang akan menanggung derita dari rencana Brexit karena kedua negara tersebut saling membutuhkan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, Uni Eropa dan Inggris saling menopang pertumbuhan ekonomi. Perekonomian Eropa mampu mencapai skala besar berkat ekonomi Inggris. Tanpa Inggris, kekuatan ekonomi Eropa semakin mengecil dan sebaliknya.

“Salah satu yang membuat Uni Eropa besar adalah Inggris dari sisi PDB. Inggris adalah penyumbang PDB terbesar setelah Jerman di Eropa. Dengan tidak ada lagi Inggris, mungkin kekuatan ekonomi Eropa menjadi berkurang, sehingga daya tawarnya berkurang. Inggris mungkin akan kehilangan sebagian potensi yang selama ini dia bina dengan negara lain,” ujar dia di kantornya, Jakarta, Jumat (24/6/2016).

Bambang menilai jika Inggris keluar dari Uni Eropa, negara itu tidak akan bernasib sama dengan Yunani.

“Kalau Yunani kan memang ekonominya sudah kolaps, mata uangnya euro. Sedangkan Inggris ekonominya normal saja, tidak pakai euro sehingga keterkaitan langsung dengan Eropa tidak seerat Yunani,” ucapnya.

Dampaknya bagi Indonesia, kata Bambang, di pasar keuangan hanya akan bersifat sementara, seperti pelemahan nilai tukar rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun surat utang negara.

Sementara dari sisi perdagangan, kata dia, tidak akan terganggu dengan hengkangnya Inggris dari zona Euro. Negara ini, katanya, dapat membangun hubungan bilateral dengan Inggris untuk meningkatkan neraca perdagangan masing-masing negara.

“Gejolak di pasar keuangan hanya sementara, sedangkan di perdagangan tidak ada isu. Kita bisa bangun perjanjian bilateral dengan Inggris, jadi tidak ada masalah walaupun Inggris keluar setelah kita menandatangani EU-CEPA. Tidak usah buat perjanjian baru, Inggris kan sebagai negara tidak bubar hanya keterkaitan dengan Eropa tidak ada lagi, sehingga dia tidak harus ikut lagi keputusan Brussel,” ucapnya.

Bambang menjelaskan ekonomi Indonesia tidak akan terganggu dengan Brexit lantaran pengaruh terbesar adalah pada Tiongkok dan Amerika Serikat (AS). Beruntungnya lagi, kata dia, Indonesia telah menerbitkan surat utang negara berdenominasi euro sebesar 3 miliar euro belum lama ini.

“(Ekonomi) Kita lebih sensitif kepada Tiongkok dan pergerakan di AS. Kita bersyukur karena kita sudah mengeluarkan Euro Bond jauh sebelum Brexit terjadi. Jadi bisa dibayangkan kalau kita belum menerbitkannya, maka akan sulit kita punya ruang mengeluarkan Euro Bond kalau Brexit-nya terjadi,” kata dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya