Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Joko Widodo (Jokowi) kembali mengobral insentif pajak bagi investasi maupun pengembangan industri prioritas yang lebih spesifik. Sasaran insentif meliputi 10 industri prioritas, seperti pangan, besi dan baja, agrobisnis, petrokimia, dan masih banyak lainnya.
Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin usai Rapat Koordinasi mengungkapkan, pemerintah akan membedah 10 industri prioritas tersebut secara terperinci yang bakal mendapatkan insentif guna memperoleh nilai tambah besar dari kebijakan ini.
“Nanti mau dikerucutkan lagi, misalnya industri logam, logam mana yang mau didahulukan diberi insentif untuk dikembangkan. Juga di bidang agrobisnis, petrokimia, farmasi, dan lainnya,” kata dia di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (27/6/2016).
Saleh menjelaskan, pengembangan di industri logam, yang mempunyai nilai tambah besar ada di industri logam untuk sektor otomotif, permesinan sehingga perlu ada insentif agar investor tertarik masuk lebih banyak pada sektor tersebut.
Tak lupa membangun dan mengembangkan industri bahan baku di luar negeri supaya tidak impor, seperti industri farmasi dan industri pangan khususnya gula. Mayoritas bahan baku obat dan gula berasal dari luar negeri.
“Jadi kita perlu memberikan insentif berupa tax holiday, atau insentif fiskal lain agar investor mau masuk ke industri bahan baku ini. Karena kalau mau menggenjot pertumbuhan industri salah satu caranya dengan insentif. Tapi di kawasan tertentu misalnya Timur Indonesia, insentif harus lebih besar,” terang dia.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal (BKPM), Azhar Lubis menambahkan, rakor tersebut akan ditindaklanjuti dalam rapat-rapat selanjutnya karena tujuannya pemerintah menyiapkan insentif bagi industri prioritas dengan mempertimbangkan kawasan pengembangan industri.
“Kita mau beri insentif ke industri prioritas. Nanti dikerucutkan lagi dipilih yang mana-mana saja paling didahulukan dikasih insentif. Kan ada industri kimia, pangan, dan lainnya. Pokoknya nanti ada rapat tambahan,” Azhar menuturkan.
Advertisement