Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat pada perdagangan menjelang akhir pekan ini seiring data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang menguat dan investor manfaatkan aksi beli. Namun harga minyak Brent mencatatkan penurunan terbesar mingguan dalam enam bulan.
Harga minyak menguat satu persen atau lebih usai AS merilis data tenaga kerja AS yang cukup kuat dalam delapan bulan ini. Selain itu, kekhawatiran terhadap aksi penyerangan terhadap infrastruktur fasilitas minyak di Nigeria juga mempengaruhi harga minyak.
Akan tetapi kelebihan pasokan minyak seiring rig minyak AS bertambah menjadi 10 pada pekan ini juga mempengaruhi sentimen harga minyak. Analis memprediksi pengeboran akan mencatatkan jumlah terendah dalam dua tahun ini, dan produksi akan mulai naik pada tahun depan.
Baca Juga
"Sejumlah sentimen negatif telah mempengaruhi permintaan minyak, tetapi sentimen itu mereda seiring data tenaga kerja AS," ujar Analis Price Futures Group Phil Flyn seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (9/7/2016).
Harga minyak Brent naik 36 sen atau 0,8 persen menjadi US$ 46,76 per barel usai ditransaksikan di level harga US$ 47,23-US$ 46,15.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 27 sen menjadi US$ 45,41. Kedua acuan harga minyak ini telah turun delapan persen dalam sepekan. Penurunan itu terbesar sejak Januari untuk Brent, sedangkan WTI sejak Februari.
"Kami tetap optimis dengan harga minyak tahun depan. Untuk saat ini harga minyak masih rendah," ujar Analis Societe General Michael Wittner. (Ahm/Ndw)
Advertisement
*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini