Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) berencana menggarap ladang minyak di Iran. Rencana tersebut dilatarbelakangi murahnya biaya produksi minyak di negara Timur Tengah tersebut.
Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjipto mengungkapkan, menggarap ladang minyak di Iran masih terbilang mudah. Lantaran hasil produksi minyaknya besar, karena itu biaya produksi masih rendah rata-rata sekitar US$ 10 per barel.
"Cost produksinya murah dan kecil karena volumenya besar," kata Dwi, di kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (12/7/2016).
Baca Juga
Dwi melanjutkan, Pertamina juga akan melakukan kerja sama pada sektor hilir minyak selain di sektor hulu, dengan membangun infrastruktur antara lain penampungan minyak dan fasilitas pengolahan minyak (kilang) di Indonesia.
"Mungkin di storage, infrastruktur pokoknya. Kita lihat nanti yang jelas mereka sudah melakukan pembicaraan pendahuhuluan bahwa mereka memang minat investasi di Indonesia," ujar Dwi.
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, Pertamina akan melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding/MoU dengan pihak Iran untuk mendapat akses data ladang minyak di Iran untuk dijadikan acuan pengembangan.
"Akhir bulan nanti. Sesudah lebaran. Bukan tender ya, tapi MoU. MoU untuk pembukaan data," ungkap Syamsu beberapa waktu lalu.
Syamsu menuturkan, terjadi perubahan rencana dalam menggarap ladang minyak di Iran. Awalnya Pertamina berencana menggarap dua ladang, tetapi saat ini rencana tersebut berubah menjadi empat ladang. "Mungkin jadinya tidak dua blok, tapi empat blok di Iran," tutur Syamsu.
Syamsu mengungkapkan, cadangan minyak dari empat blok tersebut diperkirakan mencapai 3 miliar barel. Jika rencana menggarap ladang minyak di Iran terealisasi maka dapat meningkatkan produksi minyak Pertamina yang berasal dari ladang minyak luar negeri. "Mungkin di atas 3 miliar barel. Sekitar segitu," tutur Syamsu. (Pew/Ahm)
Advertisement
*Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.