Perbaikan Data Ekonomi AS Tekan Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan di awal pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 25 Jul 2016, 11:51 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2016, 11:51 WIB
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan di awal pekan ini.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan di awal pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan di awal pekan ini. Rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS kembali membuat dolar AS menguat.

Mengutip Bloomberg, Senin (25/7/2016), rupiah dibuka di angka 13.161 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.095 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.118 per dolar AS hingga 13.177 per dolar AS. Jika dihitung sejak awal tahun, rupiah mengalami penguatan 5,03 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.135 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.102 per dolar AS.

Sejauh ini beberapa data ekonomi AS menunjukkan perbaikan. Hal tersebut mendorong ekspektasi pelaku pasar bahwa Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (the Fed) akan kembali menaikkan suku bunga di akhir tahun ini. Ekspektasi pasar tersebut mendorong penguatan dolar AS terhadap beberapa mata yang utama dunia lainnya.

"Indikator ekonomi AS yang semakin kuat, penurunan kekhawatiran akan Brexit dan juga laporan keuangan beberapa emiten yang baik mendorong penguatan dolar AS," jelas Koji Fukaya, abalis FPG Securities, Tokyo, Jepang, seperti dikutip dari Reuters, Senin (25/7/2016).

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rapat The Fed menjadi penggerak pasar sehingga dolar AS menguat. Walaupun peluang kenaikan suku bunga dalam watu dekat ini menurun, namun pelaku pasar melihat bahwa masih ada peluang untuk The Fed menaikkan suku bunga di tahun ini.

"Hal tersebut membuat permintaan akan dolar AS lebih kuat sehingga sentimen pelemahan berpeluang bertahan di pasar Asia," jelas dia. Penguatan dolar AS juga dipicu spekulasi pelonggaran kebijakan moneter yang akan dilakukan oleh Bank Sentral Jepang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya