Industri Makanan Minuman Kesulitan Pasokan Jagung

Industri mengaku sulit mengolah bahan baku jagung lokal karena perbedaan karakteristik.

oleh Nurmayanti diperbarui 25 Jul 2016, 12:44 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2016, 12:44 WIB
20150728-Jagung
Jagung | Via: www.cuisineandhealth.com

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha meminta kepastian ketersediaan bahan baku yang dinilai penting bagi industri makanan dan minuman (mamin) demi kelangsungan produksi jangka panjang. Salah satunya bahan baku jagung.

Beberapa kendala kerap terjadi dalam proses produksi industri pengolahan jagung seperti regulasi. Salah satunya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) nomor 4/2015 mengenai negara yang telah mendapatkan pengakuan dan sertifikasi dari Badan Karantina Kementerian Pertanian.

"Saat ini negara yang mendapatkan pengakuan dari Indonesia adalah Amerika Serikat, sehingga kami hanya bisa mengimpor jagung dari AS serta tidak bisa melakukan impor dari negara lain," ujar Trade, Governmental and Regulatory Affairs Tereos FKS Indonesia, Meidian, Senin (25/7/2016).

Dalam Permentan tersebut juga mengizinkan negara yang belum mendapat pengakuan untuk ekspor ke Indonesia. Namun ternyata di dalam aturan terdapat syarat dan ketentuan yang membuat pengekspor dari negara lain seperti Argentina dan Brasil kesulitan untuk memenuhi ketentuan tersebut. Hasilnya, negara-negara tersebut lebih memilih untuk tidak mengekspor ke Indonesia.

Menurut dia, keadaan semacam ini sungguh menyulitkan perusahaan dalam proses produksi. Padahal sebelumnya, jagung masih bisa diimpor dari Brasil dan Argentina dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan. Kini, hal itu tidak bisa dilakukan karena terbentur adanya prosedur.

"Padahal, dulu kami bisa melakukan impor sesuai kebutuhan, misalkan 10 ribu ton untuk jangka produksi sebulan. Kelemahan peraturan ini, kami harus mengimpor jagung dalam jumlah besar karena kapal pengangkut dari Amerika tidak satu rute ke Indonesia," tutur dia.

Menurut dia, jika impor dilakukan bertahap dan dalam jumlah secukupnya, maka industri bisa lebih efisien. Tidak hanya itu, saat ini pihaknya juga mendapatkan kesulitan dalam mengimpor jagung. Hal ini terjadi karena terbentur dengan peraturan-peraturan yang ada.

Di sisi lain, bahan baku itu sangat dibutuhkan untuk produksi. Kemudahan akses memperoleh bahan baku dan harga yang kompetitif ini sangat diperlukan demi menunjang kestabilan harga di tingkat konsumen.

"Jika harga jagung yang kami peroleh sebagai bahan baku memiliki harga tinggi, dikhawatirkan di tingkat konsumen juga ada kenaikan. Itu pun akan mengganggu daya beli, saat ini kita tahu bahwa pemerintah pun mendorong naiknya daya beli," dia menuturkan.

Sementara itu General Manager Tereos Starch and Sweeteners Indonesia Yoke Novitasari menjelaskan, saat ini ada 12 produk turunan jagung yang diproduksi di perusahaannya. Mulai dari bahan pengisi yang juga memberikan efek kemanisan untuk produk permen, susu dan produk produk turunan kopi (misalnya non dairy creamer) yaitu Glucose syrup dan maltodextrin.

Produk yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak adalah Corn Gluten Feed dan Corn Gluten Meal. Corn germ merupakan produk yang dapat diolah lebih lanjut sebagai bahan baku minyak jagung. Sedangkan Corn Starch banyak diaplikasikan sebagai bahan baku bihun, serta untuk aplikasi bahan baku pembuatan produk pemanis serta non pangan seperti kertas dan tekstil.

"Dari butir jagung tidak ada bagian yang terbuang, semua bisa diolah dan menjadi bahan makanan, mulai dari manusia atau tambahan makanan hewan," kata dia.

Lebih lanjut Yoke mengatakan, alasan utama perlu mengimpor bahan baku karena jagung lokal memiliki karakteristik yang berbeda dengan jagung impor. Secara karakteristik jagung Indonesia memiliki tekstur yang keras sehingga membuat proses pengolahan lama dan menambah ongkos produksi.

"Tapi, tidak menutup kemungkinan kami menggunakan jagung lokal, jika petani jagung bisa menanam jagung yang sama dengan spesifikasi sesuai dengan persyaratan terutama untuk kadar air. Justru akan memudahkan kami. Sebab, kami tidak harus mendatangkan jauh-jauh dari luar negeri," ujar dia.

Ia berharap pemerintah bisa melihat keadaan sesungguhnya di lapangan. Kemudahan mendapatkan bahan baku, merupakan salah satu penunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat luas dan membuat harga lebih terjangkau.(Nrm/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya