Tantangan PLN Terangi Papua dan Papua Barat

PT PLN (Persero) mengalami beberapa kendala untuk melistriki kawasan Indonesia Timur.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 15 Agu 2016, 19:55 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2016, 19:55 WIB
20150812-Pasukan Elite PLN-Jakarta
Petugas PLN memperbaiki Menara Sutet di Jalan Asia Afrika, Jakarta, Rabu (12/8/2015). Pekerjaan tersebut mengandung resiko besar karena jaringan listrik masih dipelihara tanpa dipadamkan. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mengalami beberapa kendala untuk melistriki kawasan Indonesia Timur. PLN telah mengambil alih pengoperasian sistem kelistrikan 14 kabupaten‎ di Papua dan Papua Barat dari tangan Pemerintah Daerah, untuk mengoptimalkan pasokan listrik.

Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua Haryanto W S mengatakan, ‎tantangan terbesar dalam melistriki wilayah Papua dan Papua Barat, antara lain kondisi geografis yang berupa pegunungan dan hutan serta terbatasnya infrastruktur transportasi yang menyebabkan tingginya biaya operasi, seperti biaya angkut bahan bakar yang jauh lebih besar dari harga rupiah per kilo Watt hour (kWh).

"Sebagai contoh biaya pengangkutan bahan bakar minyak (BBM) untuk kabupaten Membramo Tengah sebesar Rp 31.173 per liter, yang berarti biaya produksi listrik per kWh di kabupaten Membrano Tengah sebesar Rp 10.167,-/kWh atau 900 persen dari harga jual rata-rata PLN Papua ke masyarakat," terang Haryanto, di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin (15/8/2016‎).

Haryanto melanjutkan, selain harga BBM, kondisi geografis juga menyulitkan PLN untuk mendatangkan peralatan dan membangun infrastruktur kelistrikan, sehingga harus menggunakan cara yang lebih maksimal untuk mengatasinya.

"Bagaimana bangun tegangan rendah dengan tiang beton, semen mahal, bagaimana bangun tiang besi 9 meter naik pesawat di sana nggak bisa, harus dipotong, saya mengangkut mesin 1 Mw pakai Hercules mesinnya dipreteli dulu," lanjut Haryanto.

Selain itu, pembebasan lahan juga menjadi tantangan PLN. Pasalnya, PLN kerap kali menghadapi permasalahan tanah adat untuk membangun infrastruktur kelistrikan. Karena itu, butuh peran Pemerintah daerah untuk mengatasinya.

Meski begitu, PLN tetap optimistis memberikan pelayanan optimal ke masyarakat Papua dan Papua Barat agar dapat menikmati listrik‎ seperti wilayah lain.

Haryanto melanjutkan, kegiatan melistriki 14 kabupaten merupakan langkah awal PLN untuk melistriki seluruh Bumi Cendrawasih melalui program Papua Terang 2020.

Untuk mewujudkan program tersebut, PLN akan melakukan penyambungan rata-rata 110 ribu pelanggan baru per tahun.

“Mengingat tantangan-tantangan di atas, PLN akan memaksimalkan potensi energi lokal di antaranya potensi energi air, biomassa, dan surya sehingga diharapkan akan mempermudah PLN untuk mewujudkan Program Papua Terang 2020," terang Haryanto.

Haryanto menyebutkan 14 kabupaten tersebut adalah Yahokimo, Puncak Jaya, Yalimo, Membramo Tengah, Membramo Raya, Intan Jaya, Lanny Jaya, Tolikara, Puncak,Deiyai, Pegunungan Arfak, Raja Ampat, Tambrauw, dan Teluk Wondama. Anggaran untuk mengoptimalkan ‎pasokan listrik 14 kabupaten tersebut mencapai Rp 156 miliar. Anggaran tersebut untuk kegiatan operasional, pembelian BBM, dan gaji pegawai.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya