Liputan6.com, Jakarta Para ahli menyebutkan bahwa attention span atau kemampuan seseorang berkonsentrasi menurun dari 12 detik pada tahun 2000 menjadi 8 detik pada 2015. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan ponsel pintar dengan budaya membaca cepatnya.
Generasi Milenial, generasi pertama penikmat dan pelaku transisi analog-digital, diidentikkan dengan beberapa karakteristik, seperti multitasking, selalu terhubung dengan media sosial, melek teknologi, keseimbangan karir dan kehidupan pribadi atau work-life balance, berorientasi pada tim, menginginkan transparansi, suka tantangan dan hal-hal baru, dan lain sebagainya.
Baca Juga
Selain karakteristik-karakteristik positif di atas, generasi yang juga disebut sebagai Gen Y atau generasi yang lahir antara tahun 1981-1994 ini juga memiliki beberapa karakteristik yang perlu disiasati, di antaranya mudah bosan terutama jika mendapati topik yang kurang menarik, attention span yang pendek, diragukan loyalitasnya dan caranya mendefinisikan kerja keras, dan lain-lain.
Nah, bagaimana menyiasati karakteristik atau stigma yang kurang mengenakkan ini? Salah satunya adalah dengan menciptakan lingkungan atau atmosfer yang mendukung mereka tetap produktif dan kreatif.
Menurut Color Affects System yang merupakan hasil penelitiannya pada akhir 1970-an hingga 1984, Angela Wright mengungkap hubungan antara pola warna dan pola perilaku manusia. Penelitian tentang warna sebenarnya diawali oleh Sir Isaac Newton tahun 1676 yang menghasilkan teori terbentuknya pelangi.
Untuk menjelaskan warna, para ahli menciptakan ‘roda warna’ atau ‘color wheel’ yang memisahkan spektrum menjadi 12 warna yang berbeda. Tiga warna utama atau primary colors adalah merah, kuning dan biru, selain juga hitam dan putih.
Advertisement
Warna-warna tersebut tidak bisa diciptakan dengan mengkombinasikan warna-warna lain. Warna-warna sekunder yakni oranye, hijau dan violet, yang dihasilkan dari percampuran dua warna utama dengan takaran yang sama.
Warna-warna tersier yakni golden-yellow, burnt orange, lime green, turquoise, indigo dan crimson, yang dihasilkan dari percampuran dua warna sekunder dengan takaran yang sama.
Persepsi manusia terhadap warna merupakan sebuah fenomena fisiologis; mata kita mencerna warna yang berbeda-beda sebagai panjang gelombang cahaya, kemudian otak kita mencerna informasi tersebut.
Nah, bagaimana otak manusia mencerna atau memproses masing-masing warna? Berikut ulasan 5 warna yang akan membantumu tetap produktif dan kreatif seperti dikutip dari Karir.com:
Kuning
Warna matahari ini memberi efek pencahayaan seperti layaknya matahari, yang tentunya akan sangat menguntungkan di iklim atau cuaca yang tidak bersahabat.
Warna ini memberi rasa lega, hangat dan terang. Karena warna ini adalah yang termuda dalam spektrum, kerap diasosiasikan dengan mood yang positif.
Warna kuning yang hangat cocok dikombinasikan dengan warna merah, cokelat dan oranye, sedangkan warna kuning yang kuat dan mencolok cocok dipasangkan dengan warna-warna segar lainnya seperti biru, abu-abu pucat dan lavender.
Merah
Merah
Warna yang paling dominan ini selalu menginginkan dan mencuri perhatian kita. Warna ini memiliki asosiasi positif dan negatif. Dalam budaya tertentu, warna ini melambangkan cinta dan kehidupan, namun dalam budaya lainnya menggambarkan bahaya.
Dekorasi dengan warna merah terkesan berani, berbeda dan menantang.
Biru
Setiap pasang mata pasti pernah menikmati cerahnya langit biru di pagi atau siang hari dan dalamnya langit biru di malam hari. Warna biru menyerap cahaya dan menciptakan “ruang,” seperti saat berada di alam, kita menikmati gunung, laut atau langit dari kejauhan.
Warna ini kerap diasosiasikan dengan emosi pasif, dan di masa lampau dipercaya dapat menjauhkan dari kejahatan.
Advertisement
Hijau
Hijau
Warna alam yang menyimbolkan pertumbuhan dan harapan, hijau dipercaya mampu memberi efek relaksasi, konsentrasi dan meditasi, yang ketiganya membutuhkan fokus kerja otak.
Putih
Leonardo da Vinci mengklaim warna ini sebagai “yang pertama dalam jajaran warna sederhana,” dan kita mengasosiasikannya dengan kebersihan, kemurnian dan cahaya.
Warna ini adalah yang paling terang, paling reflektif dan paling menciptakan efek “ruang” di antara warna yang lain, sehingga kerap diasosiasikan dengan kesucian dan kepolosan.
Nah, warna apa yang akan kamu pilih untuk interior kantor atau kamarmu untuk membantumu tetap produktif dan kreatif? Pilih warna yang sesuai dengan atmosfer atau mood yang ingin kamu bangun, yah. Selamat bereksperimen!