Cerita Sudirman Said Saat Tak Lagi Jadi Menteri ESDM

Menurut Sudirman Said, sektor ESDM mengalami tekanan luar biasa dari berbagai arah, termasuk dari internal pemerintah.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Sep 2016, 17:24 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2016, 17:24 WIB
20160727-Gaya Pamitan Sudirman Said di Kementerian ESDM-Jakarta
Sudirman Said berada di ruang kerjanya sebelum berpamitan dengan jajaran Eselon 1 & Eselon 2 Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (27/7). Sudirman menjadi salah satu menteri yang di-reshuffle dan digantikan oleh Arcandra Tahar (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan apa yang dia rasakan saat masih menduduki jabatan menteri. Menurut dia, jabatan Menteri ESDM merupakan jabatan paling sial diantara menteri-menteri yang lain.

Sudirman mengatakan hal tersebut bukan tanpa alasan. Pasalnya secara organisasi, lanjut dia, sektor ESDM mengalami tekanan luar biasa dari berbagai arah, termasuk dari internal pemerintah. Bahkan, para pejabat di sektor ini pun tersandung kasus hukum.

"Pendahulunya dipenjara, kepala SKK Migas dipenjara, Sekjen dipenjara, pimpinan Komisi VII dipenjara. Tidak ada menteri yang lebih sial dari Menteri ESDM waktu itu," ujar dia di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (24/9/2016).

Sudirman Said mengungkapkan, sebelum dia juga tidak menyangka akan ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengisi kursi Menteri ESDM. Pasalnya dirinya belum lama bergelut di sektor energi dan bukan orang partai politik.

"Meskipun kata beberapa teman sebetulnya saya tidak masuk dalam nominasi (jadi menteri). Saya kira wajar karena tidak masuk bagian tim transisi, tidak ikut kampanye, bukan bagian dari politik dan tidak dalam bagian circle kabinet," kata dia.

Meski saat ini sudah lagi menjadi menteri, namun Sudirman masih memiliki perhatian pada sektor ESDM. Dirinya memiliki keyakinan pemberantasan mafia di sektor tersebut tidak bisa diselesaikan hanya dengan persoalan teknis semata.

"Tapi saya punya keyakinan kalau pemimpin kita lurus banyak orang yang bisa bergabung. Menurut saya, membereskan mafia bukan persoalan teknis semata, tapi soal leadership. Soal kelurusan pemimpin nasional," tandas Sudirman Said. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya