Liputan6.com, Jakarta - Harga bahan bakar minyak (BBM) untuk periode 1 Oktober 2016 tidak perlu berubah meskipun sudah enam bulan harga BBM tidak mengalami perubahan. Alasannya, indikator pembentuk harga BBM juga tidak mengalami banyak perubahan.Â
Ekonom Faisal Basri menjelaskan, indikator pembentukan harga BBM untuk jenis Solar bersubsidi dan Premium, yaitu harga minyak, rata-rata tetap berada pada kisaran US$ 45 sampai 46 per barel. Meski sempat mengalami kenaikan pada April, tetapi kenaikan tersebut tidak berlangsung lama.Â
"Kalau anda lihat rata-rata harga US$ 45-46 dalam lima bulan terakhir. Rata-rata harga, April memang naik, tapi mulai turun lagi, tapi masih tetap di bawah US$ 50," kata Faisal, di Jakarta, Senin (26/9/2016).\
Advertisement
Baca Juga
Faisal melanjutkan, untuk indikator lain yaitu nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan. Selain itu, inflasi juga berada di level rendah pada bulan-bulan belakangan ini.
Menurut Faisal, dengan melihat kondisi tiga indikator perubahan tersebut, maka harga BBM jenis Premium dan Solar subsidi diramalnya tidak akan mengalami perubahan pada periode 1 Oktober. "Kemungkinan besar tidak naik, dengan kurs menguat, MOPS, ditambah inflasi juga rendah," tutup Faisal.
Sebelumnya pengamat energi Pri Agung Rakhmanto menilai hal itu tak perlu dilakukan. Sebab, harga minyak yang dijadikan parameter pembentukan harga solar subsidi dan premium dalam tiga bulan terakhir tidak mengalami banyak perubahan. Harga minyak bergerak di kisaran US$ 40-US$ 50 per barel dan kondisi tersebut diperkirakan hingga akhir tahun.
"Harga minyak relatif masih stagnan hingga akhir tahun dengan fluktuasi di kisaran US$ 40-US$ 50 per barel. Jadi relatif masih tidaK banyak berubah dibandingkan 3 bulan terakhir ini," kata Pri Agung saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (25/9/2016).
Dia melanjutkan, parameter lain pembentukan harga Solar subsidi dan Premium yaitu kurs dolar Amerika Serikat (AS) yang dalam tiga bulan belakangan juga mengalami pelemahan."Di sisi lain nilai tukar rupiah berpotensi ada penguatan hingga di kisaran Rp 13 ribu‎ per dolar," tutur Pri Agung. (Pew/Gdn)