YLKI: Kenaikan Tarif KRL Harus Seiring Peningkatan Pelayanan

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyetujui PT KCJ untuk menaikkan tarif commuter line atau KRL Jabodetabek sebesar Rp 1.000.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 03 Okt 2016, 10:00 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2016, 10:00 WIB
20151229-Commuter-Line-HEL
Rangkaian kereta commuter line saat melintas di dekat Stasiun Universitas Pancasila, Jakarta, Selasa (29/12/2015). Untuk mengakomodasi penumpang pada malam pergantian tahun, KRL Commuter Line akan beroperasi 24 jam. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyetujui PT KCJ untuk menaikkan tarif commuter line atau KRL Jabodetabek sebesar Rp 1.000 mulai 1 Oktober 2016. Kebijakan ini dinilai tidak akan memberatkan para penumpang seiring peningkatan kualitas pelayanan.

Pengamat Kebijakan Publik, Agus Pambagyo mengatakan, kenaikan tarif KRL sebesar Rp 1.000 akan berdampak positif bagi pengembangan KCJ ke depan, khususnya memberikan pelayanan KRL Jabodetabek lebih baik.

"Naiknya tarif KRL Rp 1.000 tidak akan jadi persoalan buat konsumen, tapi dampaknya sangat besar bagi pengembangan KCJ supaya lebih baik lagi karena punya uang buat investasi," terangnya di Jakarta, Senin (3/10/2016).

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta kepada pihak KCJ untuk meningkatkan pelayanan seiring penyesuaian tarif KRL Jabodetabek.

"Bagi konsumen yang penting harus paralel dengan pelayanan. Jika tidak ya konsumen akan mempertanyakan kenaikan tarif buat apa," ia menerangkan.

Menurut Tulus, masih banyak kekurangan dalam pelayanan commuter line, seperti kedatangan KRL masih lama, kapasitas over khususnya di jam-jam sibuk, dan sebagainya.

"Kami juga usul tarif KRL itu‎ harusnya ditingkatkan subsidinya oleh negara supaya konsumen tidak banyak dibebankan untuk membayar tarif. Karena di negara maju, tarif keretanya disubsidi negara lebih besar," harap Tulus.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya