Menyamar Jadi Penumpang, Cara Menhub Cari Solusi Masalah KRL

Kementerian Perhubungan berencana akan menambah frekuensi perjalanan KA Commuter Line pada jam padat penumpang.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 10 Nov 2016, 14:09 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2016, 14:09 WIB
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di loket pembelian tiket KRL.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di loket pembelian tiket KRL.

Liputan6.com, Jakarta Ada yang berbeda pada Menteri Perhubungan RI Budi Karya Sumadi dalam mengawali hari ini. Jika biasanya mantan Direktur Utama Angkasa Pura II ini menunggang mobil dan langsung ke kantor, pada Kamis ini dirinya mengawali hari dengan naik KRL. Budi memang sengaja naik kereta listrik untuk mencari solusi mengenai persoalan yang menggelayuti moda transportasi tersebut. 

Dengan menyembunyikan atribut sebagai pejabat serta menggunakan topi dan sweater, Budi Karya Sumadi didampingi Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Prasetyo Boeditjahjono naik KA Commuterline Jabodetabek lintas Stasiun Palmerah - Stasiun Serpong - Stasiun Tanah Abang.

"Saya mau melihat langsung pelayanan KRL Jabodetabek karena sudah banyak penumpang yang gunakan. Waktu tempuh Serpong ke pusat (Jakarta) dengan angkutan jalan lebih dari 2 jam, sedangkan kalau naik kereta api kan cuma setengah jam, jadi semua lapisan masyarakat lebih memilih naik kereta", ujar Menhub dalam keterangannya, Kamis (10/11/2016).

Untuk itu Kementerian Perhubungan berencana akan menambah frekuensi perjalanan KA Commuter Line pada jam padat penumpang, "Kami pikirkan bagaimana saat keberangkatan (jam sibuk) ke sini lebih banyak, atau nambah rangkaian", lanjut Budi Karya.

Ia pun berharap pelayanan transportasi pada moda KA dapat lebih baik lagi, dan dapat menjadi solusi untuk mengurangi kemacetan di jalan raya khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta sehingga nanti dapat mendidik masyarakat untuk mau beralih dari angkutan pribadi ke angkutan umum atau angkutan massal.

Pada kesempatan tersebut Budi Karya menjelaskan bahwa saat ini pembangunan jalur double double track (DDT) dan renovasi stasiun Manggarai bisa mengalami keterlambatan. "Manggarai itu mestinya selesai dalam 2 tahun tapi kalau begini bisa 5 tahun itu", ungkap dia.

Dengan adanya kemungkinan keterlambatan pembangunan ini, Menhub mengatakan akan mempertimbangkan untuk memaksimalkan pengerjaan pembangunan pada waktu malam hari, sehingga keterlambatan bisa diminimalkan.

Dalam tinjauan kali ini, selain melihat kondisi stasiun dan KA langsung, Menhub Budi juga menyoroti tentang kepadatan lalu lintas kendaraan di sekitar stasiun, karena lahan parkir di stasiun yang kurang memadai. Menurutnya masih banyak masyarakat yang parkir atau berhenti di bahu jalan sehingga hal ini menyebabkan kemacetan jalan di sekitar stasiun.

"Saya lihat banyak mobil-mobil yang mengantarkan penumpang pada parkir di badan jalan, jadi malah membuat macet, kita evaluasi dan cari penyelesaian yang paling pas", jelas Budi Karya. ‎(Yas/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya