Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan pada awal perdagangan Kamis pagi di Jakarta. Rupiah naik 17 poin atau 0,10 persen menjadi 16.296 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya di 16.313 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyebutkan bahwa penguatan rupiah didorong oleh optimisme pasar keuangan Asia terhadap kebijakan pemerintah Tiongkok yang mulai melonggarkan regulasi guna mendukung pertumbuhan ekonomi.
Advertisement
Baca Juga
“Penguatan mata uang Asia dipicu oleh optimisme pasar terhadap kebijakan pemerintah Tiongkok yang memberikan stimulus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dikutip dari ANTARA, Kamis (6/3/2025).
Advertisement
Sentimen AS
Selain itu, penguatan mata uang Asia juga didorong oleh sentimen terkait ekspektasi pemangkasan suku bunga kebijakan yang lebih agresif dari The Fed.
Dari pasar obligasi, imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) mengalami penurunan sebesar 1-2 basis points (bps) pada Rabu (6/3). Hal ini terjadi berkat peningkatan sentimen risiko serta apresiasi rupiah terhadap dolar AS.
Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat mencapai 33,78 triliun, meningkat dari volume perdagangan pada Selasa (4/3) yang hanya mencapai 22,27 triliun.
Prediksi Rupiah
Sementara itu, kepemilikan asing dalam obligasi berdenominasi rupiah mengalami penurunan sebesar 2,27 triliun menjadi 886 triliun, atau setara dengan 14,32 persen dari total kepemilikan.
Yield SBN untuk tenor 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing berada di level 6,62 persen, 6,86 persen, 7,01 persen, dan 7,01 persen.
Josua memperkirakan bahwa rupiah akan diperdagangkan dalam kisaran 16.225 hingga 16.350 per dolar AS pada hari ini.
Advertisement
