Neraca Dagang RI Diprediksi Surplus US$ 1,03 Miliar pada Oktober

Proyeksi surplus neraca dagang di Oktober ini lebih rendah dari realisasi bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,22 miliar.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Nov 2016, 08:20 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2016, 08:20 WIB

Liputan6.com, Jakarta Indonesia diprediksi masih akan menikmati surplus neraca perdagangan di Oktober 2016 sekitar US$ 1,03 miliar. ‎Surplus tersebut didorong peningkatan kinerja ekspor yang lebih besar dibanding impor pada bulan kesepuluh ini.

Proyeksi surplus neraca dagang di Oktober ini lebih rendah dari realisasi bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,22 miliar.

Ekonom dari PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede memperkirakan total kinerja ekspor mengalami peningkatan 0,90 persen secara tahunan (year on year/Yoy) dan total impor 0,87 persen.

"Sehingga total surplus neraca perdagangan di Oktober US$ 1,03 miliar," ucapnya saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (15/11/2016).



Dijelaskan Josua, surplus neraca perdagangan di bulan kesepuluh ini terpicu kenaikan harga komoditas ekspor, seperti batubara sekitar 70 persen (yoy).

Harga emas hitam, sambungnya mulai pulih karena meningkatnya permintaan memasuki musim dingin ‎dan penurunan suplai global.

"Harga komoditas lainnya yang juga mengalami kenaikan, kelapa sawit di ‎Oktober," tutur dia.

Selain dari sisi harga, kata dia, volume ekspor meningkat seiring perbaikan aktivitas manufaktur beberapa mitra dagang utama Indonesia, yakni Jepang, China, dan Amerika Serikat.

Sementara untuk ekspor, Josua menilai, impor cenderung meningkat, khususnya barang konsumsi walaupun belum signifikan akibat pelemahan ekonomi dalam negeri.

"Juga karena penurunan aktivitas manufaktur domestik, makanya impor naik. Tapi secara keseluruhan pertumbuhan impor masih lebih rendah dari ekspor sehingga neraca perdagangan diperkirakan masih surplus," Josua menandaskan.(Fik/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya