Kawasan Industri Berau Siap Jadi Zona Ekonomi Hijau Sawit

Pembangunan Zona Ekonomi Hijau sawit merupakan inisiatif pemerintah Indonesia dan Malaysia.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Des 2016, 10:15 WIB
Diterbitkan 06 Des 2016, 10:15 WIB
Pembangunan Zona Ekonomi Hijau sawit merupakan inisiatif pemerintah Indonesia dan Malaysia.
Pembangunan Zona Ekonomi Hijau sawit merupakan inisiatif pemerintah Indonesia dan Malaysia.

Liputan6.com, Jakarta Kawasan Industri Berau di Kalimantan Timur siap menjadi Zona Ekonomi Hijau untuk pengembangan minyak kelapa sawit (palm oil green economic zone/POGEZ).

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto mengatakan, pembangunan POGEZ ini merupakan inisiatif pemerintah Indonesia dan Malaysia melalui pembentukan lembaga persatuan negara penghasil minyak kelapa sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC).

“Selain di Kawasan Industri Dumai, Riau, kami juga menginginkan POGEZ ada di Kalimantan Timur. Nah, Kawasan Industri Berau sudah siap karena didukung dengan ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang memadai," ujar dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa (6/12/2016).

Menurut Panggah, Kawasan Industri Berau yang berdiri di atas lahan seluas 3.400 hektare (ha) ini telah memiliki pelabuhan, ketersediaan air, listrik, serta industri pulp dan kertas yang sudah beroperasi.

‎"Diharapkan, produk industri hilir yang dihasilkan dari kawasan tersebut dapat memenuhi standar sustainability yang bersertifikat internasional sehingga menciptakan keuntungan berupa preferensi area pemasaran, premium selling price, hingga fasilitas atau kemudahan tertentu lainnya," dia menjelaskan.

Mengenai pembangunan POGEZ, lanjut Panggah, Indonesia dan Malaysia telah mengusulkan masing-masing tiga lokasi. Indonesia menginginkan pengembangan di Kawasan Industri Dumai, Riau, Kawasan Industri Berau, Kalimantan Timur, dan Kawasan Industri Sei Mangkei, Sumatera Utara. Sedangkan dari Malaysia, di Lahad Datu, Bintulu, dan Tanjung Manis.

Panggah menambahkan, kedua negara juga akan mengajak negara lain selaku penghasil minyak kelapa sawit untuk masuk dalam CPOPC. Dengan masuknya negara-negara tersebut, diharapkan berdampak positif bagi komoditi CPO di dunia.

"Beberapa negara pengembang minyak sawit yang akan ikut bergabung, antara lain Brazil, Nigeria, Pantai Gading dan Thailand,” ungkap dia.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menjelaskan, pemerintah Indonesia dan Malaysia berkomitmen mendorong pengembangan industri olahan kelapa sawit yang mampu meningkatkan nilai tambah produk dan ramah lingkungan. Apalagi, Indonesia dan Malaysia sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia.

"Kementerian Perindustrian telah berkomitmen meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit Indonesia melalui hilirisasi,” tegas dia.

Berdasarkan catatan Kemenperin, untuk industri olahan minyak sawit nasional pada 2015, total kapasitas produksi bahan baku crude palm oil (CPO) dan palm kernel oil (PKO) sebanyak 35,50 juta ton yang terdistribusi untuk konsumsi domestik sebesar 8,09 juta ton, ekspor produk hilir 15,15 juta ton, dan ekspor CPO 12,26 juta ton.

Sedangkan, nilai ekspor yang diciptakan mencapai US$ 24,77 juta dan ragam produk hilir yang dihasilkan sebanyak 146 jenis.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya