Pertamina Anggarkan Belanja Modal US$ 6,6 Miliar pada 2017

Pertamina mengalokasikan belanja modal untuk pengembangan bisnis di luar negeri dengan nilai US$ 1,5 miliar.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 28 Des 2016, 12:12 WIB
Diterbitkan 28 Des 2016, 12:12 WIB
Jumpa Pers Pertamina Terkait Pengadaan Minyak Mentah dan BBM
Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto (tengah) beserta jajaran direksi menggelar jumpa pers, Jakarta, Selasa (17/2). Pertamina menjelaskan mengenai strategi pengadaan minyak mentah dan BBM oleh Integrated Supply Chain PT Pertamina. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Manado - PT Pertamina (Persero) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 6,6 miliar untuk tahun buku 2017. Anggaran belanja modal tersebut berasal dari gabungan antara dana internal dan juga eksternal.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, anggaran belanja modal Pertamina akan  dialokasikan untuk kegiatan kegiatan hulu, yaitu pencarian migas. Untuk ‎kegiatan ini, Pertamina mengalokasikan dana sebesar US$ 3,5 miliar.

"Capex kami US$ 6,6 miliar. Separuh atau sebagian besar untuk kegiatan hulu dengan nilai sekitar US$ 3,5 miliar," kata Dwi, di Manado, Sulawesi Utara, Rabu (28/12/2016).

Selain itu, Pertamina juga mengalokasikan belanja modal untuk pengembangan bisnis di luar negeri dengan nilai US$ 1,5 miliar. Sedangkan sisanya untuk mengembangan dalam negeri. 

Menurut Dwi, sumber pendanaan untuk belanja modal tersebut berasal dari dalam dana internal dengan porsi 40 persen. Sedangkan sisanya sebesar 60 persen bersumber dari luar. Sayangnya Dwi belum bisa mengungkapkan asal dana dari luar tersebut apakah akan mencari pinjaman dari perbankan atau menerbitkan surat utang. 

Sebelumnya, Pertamina mengincar beberapa ladangan minyak dan gas (migas) di luar negeri untuk memenuhi kebutuhan di Tanah Air. Ada‎ dua blok migas di Iran yang menjadi incaran Pertamina. Blok tersebut menyimpan cadangan sekita 3 miliar hingga 5 miliar barel minyak.

"Februari kami akan masukan penawaran untuk mengelola dua blok di Iran. Sudah kami sampaikan ke Presiden Joko Widodo dan Presiden Iran," kata Dwi.

Dua blok tersebut sudah berproduksi. Dalam hal ini, Pertamina berminat untuk‎ menjadi operator blok tersebut. Namun untuk bisa mengusai blok tersebut tidak mudah. Ada tantangan dan tentu saja Pertamina memilik pesaing.

Tantangan terberat yang dihadapi Pertamina adalah membuat blok migas tersebut bisa memproduksi ke level paling tinggi. "Dua blok sudah berproduksi jadi yang ditawarkan kita masuk sebagai operator. Kami punya pesaing, yang bisa menawarkan produksi paling tinggi yang menang," papar Dwi. (Pew/Gdn)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya