Warteg Asli Indonesia Bakal Berdiri di Malaysia

Kementerian Koperasi dan UKM mendorong koperasi yang menaungi pengusaha makanan untuk membuka warteg di Malaysia tahun depan.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 29 Des 2016, 14:30 WIB
Diterbitkan 29 Des 2016, 14:30 WIB

Liputan6.com, Jakarta Warung Tegal atau sering disebut dengan warteg bakal segera mendunia. Saat ini, pemerintah berupaya untuk mendorong pembukaan warung makanan yang menyediakan berbagai jenis masakan daerah pantai utara Jawa ini di Malaysia.

Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga mengatakan, Kementerian Koperasi dan UKM mendorong koperasi yang menaungi pengusaha Warung Tegal untuk membuka warteg di Malaysia tahun depan. "Kami rencananya akan buka Warteg di Malaysia tahun depan," kata dia di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM Jakarta, Kamis (29/12/2016).

Alasan pemerintah menginisiasi pembukaan warteg di Malaysia karena warung makanan tersebut memiliki kekuatan merek yang besar. Terlebih, banyak warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Malaysia. "Karena WNI banyak sekali di Malaysia, mudah-mudahan warteg buka di Malaysia. Kita sudah ketemu koperasi warteg," ujar dia.

Dia mengatakan, peran pemerintah untuk pembukaan warteg ini hanya sebagai mediator. Nantinya, yang membuka warteg ialah pelaku usaha dari koperasi warteg. "Koperasi warteg mudah-mudahan Januari mereka melihat tempat di Malaysia dan kita memediasi itu," tandas dia.

Asal mula warteg

Saat ini, keberadaan Warteg tidak hanya terpusat di kota-kota besar, tetapi juga berdiri di kota-kota kecil di seluruh Nusantara. Bahkan, pemerintah mendorong agar warteg bisa segera mendunia. 

Tokoh warteg Asmawi menuturkan kepada Liputan6.com pada awal September 2016 lalu bahwa warteg muncul sekitar 1960-an. Kemunculannya seiring dengan pembangunan infrastruktur di Ibu Kota yang begitu pesat setelah 20 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.

Saat itu, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno berupaya mempercepat pembangunan infrastruktur ibu kota dengan cepat. Kesempatan itu dimanfaatkan warga Tegal untuk mengadu nasib di Jakarta. Mereka saat itu kebanyakan bekerja sebagai buruh bangunan dan tinggal di lokasi proyek dengan membuat bedeng.

"Di sela pekerjaannya, bagi sejumlah istri kuli bangunan mencoba untuk berbisnis kuliner dengan menjual nasi ponggol di lokasi proyek," ucap Asmawi.

Nasi ponggol merupakan hidangan makanan nasi putih dengan lauk makanan sambal tahu dan tempe yang dibungkus dengan daun pisang. Menu itu merupakan makanan khas Tegal yang sudah turun temurun dan diperkirakan ada sejak setengah abad yang lalu.

Dari segi harga, nasi ponggol cukup murah meriah, lezat dan mengenyangkan. Maka itu, nasi ponggol menjadi favorit para pekerja proyek bangunan yang pekerjaannya menguras keringat.

"Karena nasi ponggol sudah dikenal warga Tegal, maka bisnis kuliner itu pun jalan dan terus berkembang. Dari berjualan di pojok-pojok lokasi proyek, hingga akhirnya memiliki warung sendiri," kata dia.

Seiring waktu, warteg dibuka tidak hanya di sekitar lokasi proyek-proyek pembangunan saja. Waktu mulai merambah ke pemukiman-pemukiman.

Memasuki awal 1990-an, bangunan warteg yang bangunnya berbentuk bedeng darurat berubah menjadi semi permanen. Namun, ciri khas bangunan warteg yang berukuran 3x3 meter dan bagian depan bercat biru masih kerap dipertahankan.

"Kalau sekarang ini warteg sudah sangat berkembang, bahkan sampai beberapa di antaranya sudah menjadi rumah makan. Tapi, masih ada juga yang bentuknya masih seperti biasa yang sederhana," kata dia. (Amd/Gdn)

 

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya