BPS: Impor Beras di Tahun Ini Adalah Sisa Kontrak 2015

Pada tahun ini pemerintah masih mengimpor beras dari negara lain.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Des 2016, 18:44 WIB
Diterbitkan 29 Des 2016, 18:44 WIB
20161227-Beras-Jakarta-AY
Pekerja memanggul karung Beras di pasar induk Cipinang, Jakarta, Selasa (27/12). Kecukupan kebutuhan tersebut diharapkan bisa menahan laju kenaikan harga barang pokok. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan impor beras Indonesia relatif minim sepanjang 2016. Adapun langkah impor yang terjadi pada tahun ini hanya untuk beras premium, atau sisa kontrak impor di 2015.

"Di 2016 dari Januari-November tipis sekali impor berasnya. Ada karena kita butuh beras premium," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadiwibowo di Jakarta, Kamis (29/12/2016).

Dia mengakui, pada tahun ini masih ada impor beras dalam jumlah yang cukup besar kurun Januari‎-Maret. Beras impor tersebut dikatakan merupakan sisa kontrak impor di 2015.

‎"Kontrak di 2015 tapi negara yang bersangkutan baru kirim di Januari 2016. Itu kemudian kita penuhi untuk cadangan beras kita‎. Jadi tingginya impor beras di 2016 karena sisa kontrak di 2015 tapi baru di-deliver di 2016‎," kata dia.

Secara total, besaran impor beras kurun April-November dinilai sangat minim, bahkan tidak mencapai 50 ribu tiap bulan. Itu pun hanya beras premium yang tidak diproduksi di dalam negeri.

"Impor beras medium hampir tidak ada, hanya premium saja. Jadi mulai April 2016 tinggal impor beras premium saja," tandas dia.

Berdasarkan data BPS, pada tahun ini impor beras di Januari sebesar 382,5 ribu ton, Februari 296,3 ribu ton, Maret 303 ribu ton. Kemudian impor turun drastis di April menjadi 36,5 ribu ton, Mei 28,9 ribu ton, Juni 26,1 ribu ton, Juli 16,3 ribu ton, Agustus 38,4 ribu ton, September 17,7 ribu ton, Oktober 17,2 ribu ton, dan November 33,8 ribu ton. (Dny/Nrm)

 

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya