BTN dan Perumnas Tawarkan Rumah Rp 75 Juta

BTN akan menjual rumah dengan skema kredit pemilikan rumah (KPR) mikro. Fasilitas itu dirlis 9 Februari 2017.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 25 Jan 2017, 13:27 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2017, 13:27 WIB
BTN Property EXPO
Foto: Liputan6.com

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara Tbk  (BTN) dan Perum Perumnas bekerjasama untuk menyediakan rumah kepada masyarakat. Harga yang ditawarkan Rp 75 juta.

Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan, rumah tersebut akan dijual dengan skema kredit pemilikan rumah (KPR) mikro. Rencananya, fasilitas tersebut rilis 9 Februari 2017.

"Sebenarnya sudah jadi mungkin akan kita launching pada hari ulang tahun BTN 9 Februari," kata dia di Kementerian BUMN Jakarta, Rabu (25/1/2017).

Dia mengatakan, KPR mikro ini ditujukan untuk pembelian rumah baru, second, bahkan renovasi. Akan tetapi, KPR ini ditujukan untuk komunitas yang juga berlaku sebagai jaminan.

"Sebetulnya mikro bisa dipakai membeli rumah baru, renovasi, second, rumah jadi kita beli. Yang beli community sifatnya. Jadi kita nggak bisa melayani satu-satu tapi community. Misalnya, community pedagang baso, pedagang martabak dan sebagainya. Maksimum kita kasih Rp 75 juta," jelas dia.

Rumah sendiri akan dibangun Perumnas. Dia mengatakan, besarnya plafon kredit juga sama dengan harga rumah. "Sama Rp 75 juta. Jaminan itu (komunitas) saja cukup," ujar dia.

Ditanya lokasi, Maryono mengincar beberapa tempat antara lain Semarang dan Bogor. "Kita mau coba Semarang sama daerah Bogor," ungkap dia.

Di tempat yang sama, Direktur Produksi Perumnas Kamal Kusmantoro mengatakan, untuk harga jual rumah tidak hanya memperhitungkan bangunan, namun juga tanah. Bangunan rumah sendiri nilainya Rp 1,4 juta per meter. Menurut Kamal, untuk program BTN lokasi yang cocok atau Rp 75 juta berada di Jonggol, Bogor.

"Kita lagi cari supaya match programnya dengan BTN, kelihatannya bisanya di lokasi jauh Jabodetabek. Kita memang punya lokasi di Jonggol, 100 ha lebih," kata dia.

Namun, Jonggol sendiri bukan tanpa kendala. Lantaran belum ada akses air minum di wilayah tersebut. Oleh karena itu, dia akan meminta bantuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) untuk ketersediaan air minum.

"Mestinya kuat kalau ada bantuan sarana dan prasarana PU-Pera termasuk air minum, kalau dibantu PU kita hanya pematangan tanah dan bangun rumah kelihatannya bisa," tutur dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya