Proyek Kilang Tangguh Train 3 Serap 8.000 Pekerja

Proyek jumbo yang dioperasikan BP Berau Ltd ini menelan investasi sebesar US$ 8 miliar atau setara dengan Rp 106,4 triliun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 13 Feb 2017, 08:16 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2017, 08:16 WIB
Kilang Tangguh Train 3
Kilang Tangguh Train 3

Liputan6.com, Jakarta Pembangunan kilang gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat diperkirakan akan menyedot sekitar 8.000 tenaga kerja. Proyek jumbo yang dioperasikan BP Berau Ltd ini menelan investasi sebesar US$ 8 miliar atau setara dengan Rp 106,4 triliun.

BP Regional President Asia Pacific, Christina Verchere dalam sebuah kesempatan wawancara mengungkapkan, keputusan akhir investasi (final investment decision) untuk proyek pengembangan Tangguh, yakni Train 3 disetujui pada tahun lalu.

"Financing sudah selesai, pekerjaan konstruksi Train 3 sedang berlangsung, dan target berproduksi pada 2020," ujar Verchere saat berbincang dengan Liputan6.com di komplek LNG Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat, baru-baru ini.

Dalam kesempatan yang sama, BP Indonesia Head of Country, Dharmawan Samsu menambahkan, kebutuhan investasi LNG Tangguh Train 3 mencapai US$ 8 miliar atau setara dengan Rp 106,4 triliun. Adapaun kapasitas produksi kilang ini 3,8 juta ton LNG per tahun.

Dengan tambahan kapasitas 3,8 juta ton dari Train 3, maka total kapasitas produksi kilang LNG Tangguh ditambah Train 1 dan 2 akan mencapai 11,4 juta ton gas alam cair per tahun. Kapasitas Train 1 dan 2 LNG Tangguh saat ini 7,6 juta ton per tahun (mtpa).

Dharmawan mengatakan, kemajuan pembangunan Train 3 sekarang ini, meliputi mobilisasi 300 pegawai di site, material at site, pekerjaan pemagaran antara Train 2 dan 3, pemotongan pokok, laydown area, dan proses rekrutmen masyarakat asli Teluk Bintuni dan Papua.

"Proyek Train 3 akan menyerap 8.000 tenaga kerja, di mana 35 persennya adalah putra putri Papua," tegas dia.

Proyek Tangguh Train 1 dan 2, diakuinya, penyerapan tenaga kerja lokal mencapai 54 persen-55 persen dari lebih 2.000 pekerja.

Menurut Dharmawan, banyak dari pekerja Papua sudah menduduki jabatan Maintenance, Supervisor hingga level Manajer. "Dalam rencana kami, target jumlah pekerja Papua sebagai bagian dari setiap kontrak baru, untuk memenuhi komitmen 85 persen pada 2029," dia menerangkan.

Produksi LNG Tangguh Train 3 Pasok Listrik ke PLN

Dharmawan lebih jauh menjelaskan, BP Tangguh akan mengalokasikan 75 persen dari produksi LNG Train 3 untuk memasok kebutuhan PT PLN (Persero). PLN sudah menandatangani perjanjian jual beli untuk memborong
gas alam cair BP Tangguh.

"Sudah signing kontrak dengan PLN, 75 persen produksi Train 3 untuk memproduksi listrik setara dengan 3.000 Megawatt (MW) mulai 2020. Itu untuk mendukung program pemerintah pembangkit listrik 35 ribu MW," kata dia.

Diakuinya, BP Tangguh juga mengalokasikan 20 mmscfd gas dari Train 3 atau setara dengan 70-100 MW listrik untuk Papua Barat dan Papua (memenuhi 50 persen tambahan kebutuhan listrik).

Perusahaan pun saat ini tengah mengevaluasi teknis lanjutan untuk menambah pasokan listrik ke PLN sebesar 4 MW. "Tangguh sudah memasok 4 MW listrik kepada PLN untuk kampung-kampung di Kabupaten Teluk Bintuni dari produksi LNG di Train 1 dan 2," ujar Dharmawan.

Data kinerja operasi Tangguh LNG menunjukkan, realisasi produksi gas alam cair dari Train 1 dan 2 pada tahun lalu mencapai 119 kargo. Pencapaian tersebut meningkat dibanding realisasi 2015 yang sebanyak 117 kargo.

Dharmawan memperkirakan, kemungkinan produksi LNG dari dua train akan mengalami penurunan di 2017 mengingat ada rencana perusahaan untuk merawat kilang.

"Kemungkinan bisa lebih rendah, tapi kami masih dalam kalkulasi berapanya. Itu karena ada turn around, ada rencana menara pengeboran akan masuk dan menempel pada platform jadi harus matikan sumur sementara. Kami juga ada rencana merawat kilang," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan mengungkapkan, BP Tangguh menjual listrik kepada PLN untuk menerangi Kabupaten Teluk Bintuni dengan harga murah, yakni sebesar Rp 450 per KwH.

"BP bilang mereka punya kelebihan pasokan listrik. Kalau PLN mau bangun transmisi dengan kapasitas lebih besar, mereka mau pasok listrik karena harga jual listrik dari BP ke PLN murah sekali Rp 450 per KwH. Makanya BP butuh tambahan transmisi, dan nanti saya akan bicarakan dengan PLN," tutur dia.

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi berharap, pembangunan proyek Train 3 dapat berjalan dengan lancar karena akan mendukung program kelistrikan 35 ribu MW. "Kalau ada problem di Train 3, maka listrik PLN juga akan bermasalah," tegas Amien.(Fik/Nrm)


Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya