Liputan6.com, Jakarta - Menjalani kehidupan sebagai lajang, bisa dikatakan memiliki beban yang lebih ringan daripada mereka yang sudah menikah. Alasan utamanya, tentu saja karena kamu belum memiliki tanggungan langsung.
Tapi, menjadi lajang bukan berarti kamu bebas menggunakan gajimu untuk bersenang-senang. Justru, di saat lajang inilah kamu punya banya waktu untuk menstabilkan finansialmu.
Agar kelak saat berkeluarga, kekhawatiran akan hidup yang layak bersama pasangan dan si kecil, bisa diminimalisir. Untuk itu, yuk, mari baca ulasan Tunaiku di bawah ini mengenai 7 kesalahan pengelolahan uang bagi yang masih lajang:
Advertisement
Baca Juga
1. Pengeluaran > Tabungan atau Investasi
Saat single dan belum mempunyai kewajiban atas anak dan keluarga, mungkin kamu akan berpikir seperti ini: “ah, bolehlah senang-senang!” atau berprinsip, “Hidup cuma sekali!”
Memang, enggak ada yang melarangmu untuk menghabiskan gaji dan traktir diri sendiri. Walaupun terlihat nggak berbahaya, apabila terbiasa dengan pola pikir seperti ini pun enggak baik, lho.
Misalkan, setiap bulan kamu membeli baju seharga Rp 300 ribu, dalam enam bulan saja kamu ‘kehilangan’ Rp 1,8 juta. Enggak terasa, kan? Padahal jika uang sebesar ini kamu tanamkan di reksadana, kamu bisa panen cukup lumayan di akhir tahun.
2. Hidup dari tanggal-gaji-ke-tanggal-gaji
Tanda-tandanya adalah kamu sering mengeluh “Akhir bulan, nih!” setiap tanggal 20-an. Mendadak miskin setiap mendekati gajian boleh jadi merupakan pertanda bahwa kamu memiliki kebiasaan keuangan yang buruk.
Ini dapat berarti salah satu dari sekian hal: kamu enggak menentukan budget per minggu; kamu bikin budget, tapi salah perkiraan atau kamu enggak mematuhinya.
3. Mengacuhkan pentingnya money tracking
Seperti kata peribahasa, “Kamu tidak bisa mengatur apa yang tidak kamu ukur”. Alias, jika enggak aware uang habis untuk apa saja, pasti sulit deh untuk membaca pola pengeluaran dan mengontrolnya.
Contohnya saja, coba cek rekeningmu seminggu setelah gajian. Pasti berkurang kan? Apakah kamu bisa menjelaskan kapan kamu menarik uang dan untuk keperluan apa? Apakah untuk kebutuhan sehari-hari, pengeluaran tak terduga, atau sekadar jajan impulsif?
Terlalu banyak kartu kredit
4. Terlalu banyak kartu kredit
Konsep dasar kartu kredit memang menggiurkan: kartu ajaib gratisan yang bisa kamu gunakan untuk berbelanja tanpa mengeluarkan selembar rupiah pun. Untuk saat-saat terdesak sih, boleh. Tapi, jika mengandalkan dan menggantungkan hidup pada kartu kredit, adalah big no!
Karena, saat kamu menggunakan kartu kredit, kamu akan menghabiskan uang lebih banyak. Jika memang ingin, pastikan bahwa alasanmu memiliki kartu kredit memang bertanggung jawab, ya!
5. Telat investasi
Waktu yang paling tepat untuk investasi adalah sekarang! Semakin cepat investasi dimulai, maka semakin ringan bebanmu. Tujuan berinvestasi bisa bermacam-macam, tapi yang utama pastilah agar kehidupan di masa depan lebih aman dan nyaman.
Apalagi jika kamu sudah memasuki masa pensiun. Wah, dijamin kamu akan menyesal jika enggak memiliki simpanan untuk menunjang hidupmu sendiri.
Advertisement
Pernikahan
6. Enggak memiliki bayangan untuk peristiwa besar, seperti pernikahan
Menikah bukan hanya pada pestanya saja ya, tapi tanggung jawab dan kewajiban yang datang setelah itu. Menyambut kehadiran anak, cicilan rumah, atau sekadar kebutuhan hidup sehari-hari.
Jadi, saat kamu enggak memiliki rencana atau sekadar bayangan untuk menjalani fase hidup yang satu ini, khawatirnya sih kamu akan kelabakan. Selain uang secara fisik, jangan lupa untuk membahas kebiasaan keuangan masing-masing bersama pasanganmu sebelum menikah.
7. Sekadar berpegang pada kepercayaan bahwa dengan menikah, keuangan akan membaik dengan sendirinya.
Apakah setelah menikah semua utang-utangmu lunas? Enggak, kan? Makanya, jangan pikir kalau mereka yang berumah tangga hidupnya langsung berkecukupan. Ada kendala dan perjuangan yang enggak mudah.
Percaya deh, bermodalkan cinta saja enggak cukup! Ingat, menikah memang membuka pintu rezeki. Tapi, logikanya nih, sebelum pintunya terbuka, kamu harus mengetuk dan mengucapkan salam terlebih dahulu, kan?