Liputan6.com, Jakarta Padahal gaji baru dinaikkan, tapi kenapa uang belanja malah makin membengkak setiap bulannya? Karena kebutuhan yang semakin bertambahkah?
Ada banyak faktor yang menyebabkan anggaran belanja membengkak. Misalnya Anda sedang menjalani diet protein rendah atau hanya makan makanan organik di mana harganya biasanya lebih mahal.
Advertisement
Baca Juga
Tapi kalau Anda merasa tidak sedang berdiet dan bingung kenapa anggaran belanja malah membengkak setiap bulan, artikel ini membantu Anda menemukan penyebabnya.
Berikut ulasannya seperti dikutip dari CekAja.com:
1. Tidak mencatat belanjaan
Sebelum pergi belanja, buatlah daftar belanja berisi barang apa saja yang ingin dibeli. Daftar tersebut baiknya secara spesifik memuat merek, kuantitas, dan estimasi harga. Hal ini membantu Anda dalam mengatur anggaran.
Kalau Anda patuh pada anggaran yang dibuat, Anda tinggal memasukkan barang-barang yang dibutuhkan ke keranjang belanja. Berdasarkan survei Mother Nature Network, 51 persen responden mengaku belanja berdasarkan resep internet.
Inilah yang membuat mereka lebih boros US$ 20-30 sekali belanja. Bagaimana tidak, ketika resep mencantumkan kecap, mereka membeli kecap padahal persediaaan di rumah masih banyak.
2. Kedatangan tamu
Ketika kedatangan tamu, Anda wajib menjamu mereka. Namun jika harus selalu menjamu mereka untuk makan di luar, anggaran belanja pun menjadi bengkak.
Memang, kehadiran tamu tidak bisa dipediksi. Tapi hal ini bisa diakali. Misalnya jika selama ini Anda selalu jadi tuan rumah arisan, Anda bisa meminta untuk pertemuan berikutnya digilir di rumah ibu-ibu lain.
3. Buru-buru saat belanja
Kapan Anda meluangkan waktu untuk belanja? Sepulang kerja atau saat di akhir pekan? Belanja sepulang kerja biasanya dilakukan terburu-buru karena ingin segera pulang, masak, dan istirahat.
Buru-buru inilah yang menyebabkan belanja jadi membengkak. Anda tidak sempat mengecek persediaan yang masih ada di dapur dan tidak punya waktu untuk mempertimbangkan ukuran, harga, dan diskon.
Salah organisasi
4. Salah organisasi
Apakah Anda punya kebiasaan buruk dalam mengorganisasi barang kebutuhan sehari-hari? Misalnya setelah belanja Anda memasukan semuanya ke satu lemari. Anda tidak punya tempat terpisah untuk tepung, mie, gula, dan bahan lainnya.
Ketika Anda hendak memeriksa mana yang sudah habis dan mana yang belum, Anda pun mengalami kesulitan. Tidak hanya membuat anggaran belanja makin membengkak karena akhirnya Anda terus menerus beli baru padahal stok masih ada, Anda juga berisiko menyantap bahan makanan yang sudah kadaluarsa.
5. Banyak makan
Tidak mengherankan anggaran belanja makin mahal kalau Anda memang senang makan. Selain membuat kantong bolong, Anda juga berisiko obesitas.
6. Sering belanja
Apakah Anda sering belanja ke supermarket untuk belanja hal-hal kecil? Jika demikian, mulai sekarang Anda harus mengurangi frekuensi belanja.
Belanja memang menyenangkan. Tapi kalau Anda datang ke supermarket tanpa perencanaan, hal ini berujung pada pembelian impulsif. Sebelum sadar, keranjang belanjaan sudah penuh dengan barang-barang yang tidak penting.
Tidak mau susah
7. Tidak mau susah
Apakah Anda selalu datang ke supermarket yang sama setiap belanja? Apakah Anda selalu membeli produk yang sama? Banyak orang mengulang menu yang setiap bulannya sehingga yang dibeli hanya itu-itu saja.
Berdasarkan survei Food Marketing Institute Amerika, hanya enam dari 10 (61 persen) konsumen yang rela pergi ke supermarket yang jaraknya lebih jauh untuk mendapatkan harga lebih murah. Sisanya (47 persen) lebih senang dengan rutinitas mereka.
8. Belanja saat lapar
Rasa lapar dapat mempengaruhi kebiasaan belanja. Berdasarkan studi yang diuat dalam Live Science, saat gula darah menurun karena lapar, otak ingin tubuh menyantap porsi besar makanan atau makanan manis. (Baca juga: Pilihan Cara untuk Hemat Belanja di Pasar Swalayan)
9. Tidak memperhatikan diskon
Sebenarnya Anda bisa mendapatkan harga lebih murah kalau mencari tahu. Misalnya Anda memakai kartu kredit yang bekerja sama dengan supermarket. Atau Anda bisa memanfaatkan poin kartu kredit untuk ditukarkan dengan voucher belanja.