Drama Politik dan Dolar AS Bakal Bayangi Harga Emas

Dolar AS berpotensi melemah dan krisis politik di Amerika Serikat akan pengaruhi harga emas.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Mar 2017, 06:45 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2017, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas diperkirakan naik pada pekan ini. Hal itu didorong potensi dolar Amerika Serikat (AS) melemah. Meski demikian, penguatan harga emas akan terbatas seiring pelaku pasar fokus terhadap pemungutan suara untuk rencana Rancangan Undang-Undang Kesehatan (RUU) Presiden AS Donald Trump.

Berdasarkan hasil survei mingguan, sekitar 65 persen pelaku pasar memprediksi harga emas akan menguat. Sedangkan 13 persen meramal harga emas akan merosot. Sedangkan 22 persen melihat harga emas akan mendatar.

Pada pekan lalu, harga emas naik 1,5 persen, dan ditransaksikan di posisi US$ 1.249 per ounce. Sedangkan harga perak menguat hampir dua persen ke level US$ 17.745.

Pelaku pasar melihat potensi pelemahan dolar AS dapat membantu penguatan harga emas. "Dolar AS mulai berjuang," ujar Analis Forexlive.com, Adam Button, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (27/3/2017).

Analis LaSalle Futures Group Charlie Nedoss memprediksi, dolar AS cenderung melemah. Hal itu lantaran rencana bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve memperketat kebijakan moneter berdampak terhadap dolar AS.

Selain itu, pergerakan harga komoditas juga dipengaruhi ketidakpastian termasuk politik AS soal Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan Presiden AS Donald Trump. RUU Kesehatan ini diperkenalkan oleh partai Republik untuk menggantikan Obamacare atau UU kesehatan sebelumnya. Jika RUU Kesehatan itu tidak tercapai, analis menilai kalau politik AS sudah terganggu.

"Ini akan menjadi pertarungan dari setiap bagian Undang-Undang yang diusulkan. Penundaan potensi pertumbuhan yang akan didorong reformasi pajak dan deregulasi akan dukung harga emas," ujar Ole Hansen, Kepala Riset Saxo Bank.

Sementara itu, Direktur Pelaksana American Precious Metals Advisors Jeffrey Nichols menuturkan, ketidakpastian politik akan mendung harga emas. Dia menambahkan, jika RUU itu tidak lolos di legislatif maka bisa kemungkinan gagal di senat.

"Kegagalan reformasi kesehatan dapat mengubah pandangan pasar dan masyarakat soal Presiden AS Donald Trump," ujar dia.

Ia menuturkan, krisis politik di AS yang menghangat dapat mendukung harga emas. Ketika risiko geopolitik memberikan dukungan untuk pasar emas, Hansen memperingatkan investor juga perlu memperhatikan pasar komoditas secara keseluruhan.

Harga komoditas yaitu tembaga dan minyak yang melemah dapat batasi penguatan emas. Saat ini investor lebih banyak berhati-hati untuk pertumbuhan dan inflasi global. Sentimen ini negatif untuk pergerakan harga emas.

"Kita butuh harga emas dapat tembus US$ 1.265 per ounce sehingga menarik dana untuk beli emas," ujar dia.

Sedangkan Analis Komoditas FXTM Lukman Otunuga, harga emas dapat menguat asal di atas level US$ 1.225 per ounce.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya