Kemenko Maritim Bakal Bangun Wisata Kapal Karam di Sangihe

Rencananya, museum dan wisata shipwreck akan dibangun di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

oleh Arthur Gideon diperbarui 04 Mei 2017, 08:15 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2017, 08:15 WIB
Rencananya, museum dan wisata shipwreck akan dibangun di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.
Rencananya, museum dan wisata shipwreck akan dibangun di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman berencana membuat museum khusus untuk harta karun bawah laut. Selain itu, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman juga berencana untuk membuat wisata shipwreck atau kapal karam. Rencananya, museum dan wisata shipwreck tersebut akan dibangun di Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara.

Asisten Deputi Lingkungan dan Kebencanaan Maritim, Kemenko Maritim Sahat Panggabean menjelaskan, saat ini kementerian tengah mengidentifikasi lokasi serta mengumpulkan informasi keterkaitan sejarah dengan keberadaan shipwreck hingga nanti ke depan dibentuknya museum serta wisata shipwreck dan harta karun atau Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang ada di dalamnya.

Sahat memaparkan, dahulu terdapat 11 kerajaan di Sangihe, yaitu Tabukan, Kendahe, Kolongan, Taruna, Kolongan, Manganitu, auhis, Limau, Tabukan, Sawang (Saban) dan Tamako.

Pada Tahun 1654, kerajaan ini tenggelam oleh karena peritiwa dimpuluse atau air jatuh dari langit, yang mengakibatkan mereka terdampar di tempat yang bernama Panimbuhing. Bukti peristiwa ini adalah Tanjung Maselihe, yang di dalam lautnya ditemukan kursi emas dan mahkota raja.

“Kerajaan ini dulu merupakan sebagian daratan pulau Sangir (Sangihe) yang tenggelam karena awan hitam tebal berkumpul jadi satu, lalu jatuh dalam bentuk air yang berat, sehingga daratan menjadi laut, termasuk pulau Kaluwulang. Nah ini diperkirakan tahun 1654 Masehi tenggelam," jelas dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (4/5/2017).

ia melanjutkan, Pulau Sangihe dulu bersambung dengan pulau-pulau yang lainnya, tapi kini dataran tersebut terputus menjadi beberapa pulau kecil yang berada di antara Pulau Sangihe dan Pulau P. Marulung (Balut), di mana terdapat Tandusan Napong Elise, sebuah karang yang menonjol menyerupai pasangan manusia yang sedang bercumbu, dengan bagian yang terbesar daratan sudah tenggelam ke dasar laut, akibat dari letusan gunung api dahsyat yang terjadi beberapa kali.

Selain kerjaan tersebut , Kabid Pengelolaan Lingkungan Laut Nurul Istiqomah mengungkapkan, ada juga Kepulauan Talaud (Sangihe Talaud) yang merupakan sekumpulan pulau-pulau di Lautan Pasifik yang termasuk di dalamnya Kepulauan Mindanau, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Palau.

Letak geografi kepulauan Sangihe Talaud ini berada di bibir pasifik, sehingga bagian daratan kepulauan Sangihe Talaud yang tenggelam mempunyai kait-mengait tenggelam pulau (Benua) Atlantik.

Dari hasil temuan ekspedisi memungkinkan untuk diadakan ekplorasi atau observasi untuk dihubungkan bilamana ada kesesuaian bukti yang bisa mengarah ke tenggelamnya Benua Atlantis.

"Selain itu, ditemukan pula ikan-ikan purba yang hidup di perairan Sangihe Talaud, yang diperkirakan sudah ada sejak 150 ribu sampai 200 ribi tahun yang lalu,” jelas Nurul.

Lokasi atau titik-titik BMKT itu tadi akan disurvei oleh Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dan nantinya titik itu akan diidentifikasi dan dilaporkan ke pemerintah pusat dan daerah untuk ditindaklanjuti. Hasil dari identifikasi dan survei BMKT nantinya akan menjadi bahan bagi pengambil kebijakan pemerintah pusat dan daerah.

"Pengelolaann BMKT di Kepulauan Sangihe ini sangat diharapkan, karena akan membuka sejarah yang terkandung di dalamnya untuk meningkatkan pengetahuan sejarah Kepulauan Sangihe yang merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia,” tambahnya.

Dalam hal ini, lanjut Nurul, Kemenko Bidang Kemaritiman akan berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kemendikbud dan kementerian terkait lainnya untuk pengelolaan BMKT, serta pengembangan museum dan wisata shipwreck di Kepulauan Sangihe.

“Saat ini, menurut informasi dari Dinas Pariwisata, shipwreck museum di Kepulauan Sangihe belum ada, namun lahan akan disediakan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) bila ada bantuan dana untuk membangun shipwreck museum nantinya. Nah, kami akan lakukan koordinasi untuk pengembangan museum di Kepulauan Sangihe ini, karena merupakan pintu gerbang masuk ke Indonesia dan jalur perdagangan dari Fillipina ke Indonesia,” pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya