Pulau Natuna Jadi Target Menteri Susi Angkat Harta Karun

Terdapat dua titik harta karun bawah laut yang bakal diangkat Kementerian Kelautan dan Perikanan di Kepulauan Natuna tahun ini.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Mar 2017, 09:46 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2017, 09:46 WIB
Harta karun bawah laut (Foto: Fiki AY/Liputan6.com)
Harta karun bawah laut (Foto: Fiki AY/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti mengincar Kepulauan Natuna sebagai target pengangkatan Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) atau harta karun bawah laut di tahun ini. Ada satu sampai dua titik yang bakal diangkat dengan biaya hingga miliaran rupiah.

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan, Brahmantya Satyamurti.

"Kita pastikan mengangkat BMKT yang perairan dangkal dulu yang mudah diambil orang biasa, yaitu Natuna. Kalau yang (perairan) dalam biarin dulu," katanya di Jakarta, seperti ditulis Selasa (14/3/2017).

Brahmantya mengaku belum dapat memastikan kapan pengangkatan harta karun bisa dieksekusi. Akan tetapi, targetnya ada satu sampai dua titik di Kepulauan Natuna.

"Lihat hawanya dulu, karena kalau pas angin utara masih susah, yang jelas sih satu sampai dua titik," dia berujar.

Pengangkatan harta karun dari kapal karam di bawah laut Indonesia, dijelaskannya, akan lebih efisien. Ongkosnya dapat lebih murah dibanding menggunakan jasa swasta untuk pengangkatan BMKT.

Kementerian Kelautan dan Perikanan sebelumnya mengestimasi pengangkatan harta karun oleh pemerintah tersebut lebih rendah dibanding perhitungan swasta untuk pengangkatan harta karun bawah laut yang mencapai US$ 4,5 juta-US$ 6,5 juta.

Jika dihitung dengan kurs rupiah Rp 13.300 per dolar AS, maka kebutuhan anggaran pengangkatan harta karun bawah laut oleh swasta sekitar Rp 59,85 miliar-Rp 86,45 miliar.

"Tergantung dalamnya, arusnya, alat apa yang dipakai, sebarannnya di mana. Tapi bisa lah lebih murah kan ada TNI AL, Kopaska. Kita sedang kelola anggarannya, belum bisa disampaikan sekarang dan kalau sudah jelas baru dikasih tahu," Brahmantya menerangkan. (Fik/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya