Kalah dari Malaysia, RI Perlu Tingkatkan Daya Saing Infrastruktur

Kementerian PU-PR menyatakan perlu strategi dan kebijakan pembinaan sektor konstruksi yang tepat untuk dukung infrastruktur.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Jun 2017, 20:36 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2017, 20:36 WIB
20161116- Pemerintah akan Gandeng Swasta untuk Bangun Infrastruktur-Jakarta- Angga Yuniar
Suasana proyek jalan layang Blok M-Tendean di Jakarta, Rabu (16/11). Porsi belanja infrastruktur yang terus naik membuat pemerintah berencana menggandeng pihak swasta. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - The Global Competitiveness Report 2016-2017 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum menunjukkan daya saing infrastruktur Indonesia berada di peringkat 60, naik dua peringkat dari data tahun 2015-2016. Namun sayangnya hingga saat ini daya saing infrastruktur tersebut masih tertinggal di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PU-PR Yusid Toyib mengatakan, masalah daya saing tersebut ‎harus menjadi fokus perhatian bersama. Ini mengingat daya saing termasuk dalam sektor infrastruktur menjadi faktor utama bagi Indonesia untuk dapat mengambil peran aktif pada perdagangan internasional.

"Daya saing akan mengantar kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menghasilkan devisa melalui ekspor barang dan jasa, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat," ujar dia di Jakarta, Jumat (16/6/2017).

Untuk itu, lanjut dia, perlu strategi dan kebijakan pembinaan sektor konstruksi yang tepat. Dengan demikian akan mampu meningkatkan produktivitas konstruksi dalam rangka mendorong daya saing.

Yusid menuturkan, hal ini sangat penting mengingat infrastruktur merupakan salah satu faktor penentu tingkat daya saing nasional itu sendiri.

Infrastruktur yang terintegrasi dan berkualitas akan menunjang aspek konektivitas yang memudahkan pergerakan barang, jasa, dan manusia, serta berdampak pada efisiensi biaya transportasi dan logistik.

"Dengan adanya konektivitas rakyat lebih terjamin keamanannya dan lebih meningkat kesejahteraan-nya, sebab dengan konektivitas seluruh lapisan masyarakat mendapatkan kemudahan akses untuk memperoleh kebutuhan dasar," kata dia.

Saat ini sektor konstruksi tercatat menempati posisi ketiga sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia sepanjang 2016 dengan kontribusi sebesar 0,51 persen, setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan.

Bahkan data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sektor konstruksi berkontribusi cukup signifikan sebesar 10,38 persen di dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan daya saing yang semakin meningkat akan turut meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi.

"Daya saing infrastruktur akan meningkat seiring dengan peningkatan produktivitas sektor konstruksi, sementara peningkatan produktivitas tersebut tidak dapat dilakukan sendiri oleh Kementerian PU-PR. Diperlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan di sektor konstruksi dan seluruh lapisan masyarakat," ujar dia.

 

 

Saksikan Video Berikut di Bawah Ini:

 

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya